Diplomatic Insight Perdana bersama Dubes Indonesia untuk Uni Eropa

Pada hari Selasa 10 Juli 2012, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belgia, Uni Eropa, dan Luxembourg, Bapak Arif Havas Oegroseno memberikan kuliah umum di Diplomatic Insight yang digagas oleh Departemen Hubungan Internasional Universitas Binus. Seri pertama kuliah umum ini bertemakan “Krisis Eropa: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia dan dibuka oleh Rektor Universitas Binus, Prof Harjanto Prabowo.

Dalam kuliah umum yang dihadiri kurang lebih lima puluh staf akademik Universitas Binus, Bapak Arif Havas memaparkan kondisi perekonomian Uni Eropa yang belum menunjukkan kondisi perbaikan yang esensial. Menurutnya, bila tidak ada upaya serius dari negara-negara Uni Eropa maka krisis ekonomi di Eropa dapat terus berlangsung bahkan hingga belasan tahun.

Di awal kuliah, Bapak Arif menjelaskan asal muasal krisis Eropa yang tak lain diakibatkan oleh perbedaan ekonomi yang sangat tinggi antar negara di dalam Uni Eropa. Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan beberapa negara Uni Eropa yang kurang produktif terlilit dalam hutang yang rasio hutang mereka melebihi jumlah PDB.

Melihat kondisi yang ada sekarang, setidaknya terdapat empat hal yang dapat menjadi solusi bagi krisis fiskal di Eropa. Pertama, adanya banking union dmana terdapat satu kebijakan dalam hal pengaturan devisa dan lalu lintas modal yang keluar masuk kawasan Uni Eropa. Kedua, adanya Fiscal Union dimana terdapat kesamaan standar mengenai budget defisit. Ketiga, adanya harmonisasi social policy yang dapat menyelesaikan permasalahan sosial yang semakin meningkat seiring dengan krisis Eropa yang berkepanjangan ini. Keempat, adanya political integration dimana negara-negara Uni Eropa mengesampingkan permasalahan-permasalahan dan tekanan-tekanan domestik untuk bersama-sama fokus menyelesaikan permasalahan Uni Eropa.

Dalam kuliahnya, Bapak Arif juga menyingung mengenai kesempatan yang dapat dikapitalisasi oleh Indonesia dan ASEAN. Menurutnya, secara umum dampak dari krisis Uni Eropa terhadap ASEAN yang paling terlihat adalah turunnya neraca perdagangan yang diakibatkan semakin lesunya pasar Uni Eropa. Namun terdapat kesempatan yang dapat diambil oleh ASEAN dan Indonesia yakni banyaknya modal dan dana yang idle dari Uni Eropa yang akan mencari emerging market untuk menjadi tempat tujuan investasi. Indonesia tentu berada dalam radar negara-negara Uni Eropa sebagai emerging market yang potensial. Pak Arif mengatakan setidaknya terdapat sekitar USD 200 trilun dana tabungan masyarakat Uni Eropa yang tentunya dapat diserap oleh Indonesia.

Kuliah umum ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang kemudian dilanjutkan dengan makan siang. Di sela-sela kuliah umum, tak lupa Bapak Arif mengapresiasi pembentukan departemen Hubungan Internasional di Universitas Binus. (MFK)