Partisipasi HI Binus dalam workshop: “Memandang Hubungan Cina-Indonesia 2015″

Pada tanggal 4 Desember 2014, Jurusan Hubungan Internasional BINUS University, Sastra Cina Universitas Sebelas Maret Solo (UNS), dan Confusius Institute berhasil menyelenggarakan rangkaian kegiatan seminar dan workshop dengan mengusung tema “Memandang Hubungan Cina-Indonesia 2015 dari Perspektif Ekonomi, Politik, dan Sosial Budaya”. Sekitar lebih dari 100 peserta terdiri dari para dosen, praktisi hubungan internasional dan budayawan, serta mahasiswa hadir dalam rangkaian acara yang digelar di Gedung Fakultas Bahasa dan Sastra UNS Solo, Jawa Tengah. Dengan melibatkan pengajar dari BINUS University, UNS, dan Confusius Institute, kegiatan pengabdian masyarakat tingkat internasional ini diharapkan dapat memperkenalkan bahasa dan budaya Cina kepada masyarakat khususnya mahasiswa sekaligus mempererat hubungan persahabatan Indonesia-Cina melalui diplomasi budaya.

Kegiatan workshop ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu Workshop Kaligrafi, Workshop Seni Minum Teh, Workshop Seni Ikat (Chine Knot), dan Workshop Seni Gunting Kertas. Masing-masing workshop diadakan pada waktu yang bersamaan, disajikan seperti sebuah pameran dan praktek langsung di lokasi yang berbeda-beda dengan dipandu oleh 6 wakil dari Confucius Institute pimpinan Huang Bin, MPA.

10850273_10203690690888142_4442989664707605487_n

Dalam workshop Kaligrafi, peserta mendapatkan pengetahuan mengenai tata cara menulis aksara cina atau Kanji Mandarin (Han Zi). Han Zi merupakan salah satu bahasa tulis yang tertua di dunia. Melalui guratan yang secara awam tidak bisa dibaca tetapi jika diperhatikan guratan tersebut memiliki nilai seni intrinsik yang sangat indah. Dalam workshop ini, peserta diberi kesempatan untuk menulis aksara di atas kertas khusus dan kuas yang telah disediakan.

Di lokasi yang berbeda, seseorang dari Confusius Institute dengan pakaian mirip seperti Cheongsam-jenis pakaian tradisional Cina memperlihatkan keunikan penyajian teh kepada para peserta. Peserta diijinkan untuk memperagakan seni penyajian dan minum teh bersama. Tampak dalam gambar tim Hubungan Internasional BINUS University (Tirta N. Mursitama, Ph.D, Richa Vidya Yustikaningrum, MS.i, Galuh Dian Prama Dewi, M.A, dan pemandu dari Confusius Institute menikmati seni penyajian teh.

Workshop Seni Ikat (Chine Knot) juga tidak kalah menarik bagi para pengunjung. Chine knot merupakan sebuah seni dekorasi handycraft yang dikenal juga dengan nama “Chinese traditional decorative knots”. Pemandu mengajak para peserta untuk membuat gelang dan galung dengan teknik decorative knots.

10850073_10203690694408230_1469348343484599045_n

Rangkaian workshop yang terakhir adalah Seni Gunting Kertas atau seni mengukir kertas. Seni Gunting Kertas merupakan salah satu kesenian tradisional popular Cina. Dengan hanya menggunakan peralatan gunting dan kertas dengan didukung oleh ketrampilan menggunting dan konsentrasi, maka akan dapat menghasilkan sebuah karya seni yang bernilai. Dalam sesi ini, sama dengan sesi workshop yang lain peserta juga diberikan kesempatan untuk mempraktekkan gunting kertas. Contoh mudah yang diberikan para pemandu adalah guntingan aksara Mandarin dan hewan. Kemudian, hasil guntingan tersebut disusun di atas papan untuk diperlihatkan kepada para peserta mengenai hasil karya gunting kertas mereka.

10440252_10203690687968069_1872780338532005743_n

Menjelang akhir acara, para peserta dari Indonesia dan Cina saling berkolaborasi menyanyikan lagu-lagu Mandarin di sebuah area yang di-setting seperti tempat karaoke. Bernyanyi sambil berbincang akrab antar peserta yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa semakin mempererat persahabatan antara Indonesia dan Cina melalui jalur diplomasi budaya. Pada intinya, hasil dari rangkaian kegiatan yang didanai oleh Confusius Institute ini adalah para peserta terutama mahasiswa Indonesia dapat mengetahui budaya Cina dan mendorong kedekatan hubungan antara mahasiswa Indonesia dan Cina melalui  bentuk kegiatan seminar dan workshop.

1920132_10203690697048296_2154041367734275142_n

 

[Galuh Dian Pramadewi, Pengajar Hubungan Internasional BINUS University]