Book Review: Gender & Hubungan Internasional

           +

 

Buku karya Ani Soetjipto tentang Gender dan Hubungan Internasional, menjelaskan bahwa kajian tentang feminisme dan hubungan internasional telah berkembang lebih dari tiga dekade yang lalu, bermula dari diadakannya konferensi internasional akhir tahun 1980an, serta tahun 1990 atas sponsor Ford Foudation di AS. Di tahun yang sama terbit pula isu khusus tentang Women in International Relations di Jurnal Millenium yang menandai awal kajian Gender dan Hubungan Internasional. Periode itu ditandai pula dengan kajian Gender dan Hubungan Internasional, dengan lahirnya dua buku yakni oleh Jean Bethke Elstain, Women and War (1987) dan Cyntihia Enloe, Banana, Beaches and Bases : Making Feminist Sense of International Relations (1989). Selanjutnya di Inggris, muncul pemikir feminis seperti Grant and Newland dengan bukunya berjudul Gender and International Relations (1991), Sandra Withworth dengan bukunya berjudul Feminist Theory and International Relations (1994)

Buku ini cukup relevan untuk dijadikan sebagai  salah satu bahan bacaan bagi mahasiswa Hubungan Internasional khususnya yang tengah berupaya memahami kajian gender, feminism dan hubungan internasional, termasuk siapapun yang tertarik terhadap isu gender dan hubungan internasional. Melalui buku ini, kita dituntun untuk dapat memiliki pemahaman luas bahwa persoalan  dalam Hubungan Internasional ini  tidak hanya isu dan persoalan terkait perang, damai, diplomasi, persenjataan, perdagangan, namun masih terdapat isu lain salah satunya gender yang juga dapat diulas dari berbagai macam perspektif. Sebagai pembaca, buku ini mengajak kita untuk memahami isu Gender secara luas dengan mengkaitkannya dalam berbagai kajian seperti keamanan, ekonomi politik internasional, HAM dan hukum internasional. Misalnya bagaimana mengkaitkan isu gender dan Keamanan dalam HI, buku ini memberikan berbagai tulisan yang disajikan dari berbagai hasil tulisan yang memberikan cara pandang baru bagi pembaca khususnya melihat bagaimana misalnya saja perempuan dalam konflik, seperti apakah perdamaian dari sudut pandang feminis, termasuk pemerkosaan perempuan dalam konflik. Isu lainnya dalam buku ini ialah keterkaitan Gender, Feminisme dan Ekonomi Politik Internasional, yang membahas bagaimana migrasi internasional dan ketidaksetaraan global, arus migrasi TKW-PRT serta perkawinan dalam kajian ekonomi politik internasional.

Meskipun buku ini menyuguhkan isu-isu yang menarik terkait Gender dan Hubungan Internasional, namun terdapat catatan yang perlu ditambahkan,  belum adanya pembahasan secara mendalam tentang definisi dan konsep sex, gender dan istilah-istilah lainnya secara umum yang dibutuhkan bagi pembaca pemula atau pembaca yang belum memahami studi Gender secara spesifik,  misalnya gender stereotype, relasi gender, gender role, gender discrimination, sex abuse, male domination, dll. Padahal istilah tersebut melekat dan sangat penting sebagai pemahaman dasar dalam studi Gender. Dan apabila  kita meninjau kembali sub bagian pengantar buku ini, pembahasan tentang konsep sex, gender lebih dikhususkan pada konsep gender dan teori feminism dalam kacamata hubungan internasional.

Terakhir, buku ini juga mengulas Hak Asasi Manusia dalam Hubungan Internasional, mengambil studi kasus perjuangan Hak Perempuan di Benua Afrika serta Konvesi Perempuan sebuah Peluang menggugat ketidakadilan berbasis Gender di Iran. Secara keseluruhan  buku ini telah memberikan kita sebagai pembaca untuk lebih memiliki pemahaman komprehensif terhadap isu-isu gender dalam hubungan internasional dan dengan membaca buku ini akan sangat membatu bagi mahasiswa yang tengah mendalami isu-isu non konvensial yang terfokus pada isu gender dan hubungan internasional.

[Richa Vidya Yustikaningrum, Pengajar Hubungan Internasional BINUS University]