Tia Mariatul: Jangan Sampai Konflik Saudi-Iran merambat ke Indonesia

12631471_10153883825658114_7378301741145904767_n

Hubungan Saudi dengan Iran kembali memanas, dimulai dengan insiden haji beberapa bulan lalu hingga yang terakhir adalah eksekusi mati ulama Syiah oleh pemerintah Saudi. Untuk membahas soal itu, Jurusan HI BInus menyelenggarakan Kijang Initiatives Forum yang ke 16 bersama pengamat politik Timur Tengah, Tia Mariatul Kibtia. Diskusi ini dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2016 di Kampus Kijang BINUS University.

Tia mengatakan bahwa konflik antara Islam Syiah dan Islam Sunni adalah konflik politik yg dibungkus agama, bukanlah sebaliknya. Pada awalnya konflik ini merupakan konflik di era khalifah pasca wafatnya Nabi Muhammad dan terus berlarut-larut hingga saat ini. Hubungan Arab Saudi dan Iran sebagai representasi negara Islam Sunni dan Islam Syiah menegang akhir-akhir ini. Ketegangan di Timur Tengah dipengaruhi oleh kekuatan internasional di luar kawasan seperti keterlibatan Amerika dan Rusia.

Tia Mariatul sedang menjelaskan hubungan Saudi dengan Iran

Indonesia yang selama ini sebagai mediator konflik di kawasan Timur Tengah haruslah bertindak netral dalam konflik tersebut meskipun penganut Islam di Indonesia mayoritas adalah penganut Islam Sunni. Sikap pemerintah indonesia terhadap konflik ini dikhawatirkan masih sangat dipengaruhi kekuatan massa Islam Sunni. Konflik Timur Tengah sudah masuk ke masyarakat Indonesia dengan berbagai potensi konflik yang sewaktu-waktu bisa meletup. Untuk itu Tia berharap bahwa Indonesia jangan sampai menjadi proxy war atas konflik-konflik dunia, termasuk harus netral dari pengaruh Saudi maupun Iran.