Ketua Jurusan HI Binus: Lawatan Wapres Pence Tanda Harapan AS soal Peran RI di LCS

Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence mengunjungi Indonesia pada 20-21 April 2017. Kunjungan Pence merupakan kunjungan pertama oleh perwakilan pemerintahan Presiden AS Donald Trump ke Indonesia. Kunjungan diplomatik tersebut membahas kerja sama investasi bilateral, pertahanan regional, dan antiterorisme.

Dalam wawancara dengan CNN Indonesia, Ketua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, Prof. Tirta Mursitama, menyampaikan bahwa lawatan Pence ini menandakan posisi Indonesia yang masih berpengaruh bagi AS. Menurut Prof. Tirta, dalam kunjungan Pence ini Washington menaruh harapan bagi Indonesia untuk berperan lebih besar di kawasan, khususnya, untuk membendung provokasi Tiongkok dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan. “Kunjungan Pence menandakan Indonesia masih penting bagi AS. Lawatan ini juga menggambarkan harapan AS agar RI bisa berperan lebih aktif di kawasan, terutama dalam menangkal gencarnya provokasi China di LCS dan pengaruhnya terhadap ekonomi di Asia Tenggara.”

Meski Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) telah menolak klaim Tiongkok terhadap 90 persen wilayah di LTS, Beijing terus menggencarkan pembangunan pulau dan aktivitasnya di perairan itu. Bahkan sejumlah foto satelit menggambarkan Tiongkok berhasil menempatkan puluhan hanggar dan radar berkemampuan tinggi di pulau buatan mereka di LTS. Menurut Prof. Tirta, Washington masih menganggap Jakarta sebagai jangkar di Asia Tenggara, bahkan Asia secara keseluruhan. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan manfaat lebih besar lagi dari hubungan kedua negara. Salah satunya, kunjungan Pence ini bisa menjadi peluang bagi Presiden Joko Widodo untuk meyakinkan Negeri Paman Sam bahwa Indonesia merupakan negara mitra strategis AS yang semestinya tidak dipandang negatif, khususnya dalam masalah perdagangan.

Komentar ini dilontarkan Prof. Tirta menyusul tudingan Trump pada salah satu perintah eksekutifnya yang menyebut Indonesia sebagai salah satu negara curang pembuat defisit neraca perdagangan AS. “Artinya tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan terhadap kampanye maupun kebijakan Trump selama ini. Bagi Indonesia, ini bisa dimanfaatkan dengan baik, dalam arti mendapatkan keuntungan riil dan positif dari kunjungan ini. Misalnya saja dalam hal perdagangan, investasi, dan industri.”

Ketika ditanya soal kemungkinan AS semakin menekan Indonesia terkait sengketa kontrak usaha anak perusahaan tambang AS Freeport McMoran Inc., PT Freeport Indonesia, Prof. Tirta menuturkan itu adalah hal biasa. “Adanya tekanan dari AS terhadap Indonesia terkait bisnis Freeport itu biasa. Kuncinya, sejauh mana Presiden Jokowi bisa meningkatkan daya tawarnya terhadap AS dan Freeport. Jika dia berhasil, Indonesia akan mendapatkan keuntungan diplomatis yang bisa dimaknai [sebagai dampak positif] kepentingan nasional Indonesia.”

Wawancara Prof. Tirta oleh CNN Indonesia dapat dilihat pada tautan berikut:

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170420175813-106-209038/lawatan-pence-tanda-harapan-as-soal-peran-ri-di-lcs/