Dialog Diplomasi Publik Korea-Indonesia

Perdamaian di Semenanjung Korea menjadi isu yang selalu aktual, terutama setelah Korea Utara menunjukkan kemajuan dalam dialog mengenai program denuklirisasi yang dimulai dengan adanya dialog antara Donald Trump dan Kim Jong-Un pada 12 Juni 2018 di Singapore Summit. Menyusul dialog bersejarah tersebut, harapan akan perdamaian dan kedamaian Semenanjung Korea kembali mencuat di antara aktor-aktor yang berkepentingan di kawasan tersebut, termasuk ASEAN dan Indonesia pada khususnya. Melalui dua sesi dialog bertema “Indonesia and Korea: Toward a People-centered Community of Peace and Prosperity”, Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan Dialog Diplomasi Publik pada 15 Oktober 2018 bertempat di Kantin Diplomasi Kementerian Luar Negeri RI. Dialog ini dibuka oleh Duta Besar Republik Korea kepada Republik Indonesia, Kim Chang-beom, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik MOFA Indonesia, Cecep Herawan, disusul dengan keynote speech dari Wakil Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Diplomasi Publik Republik Korea, Bahk Sahng-hoon.

Sesi pertama dialog bertema Peace on Korean Peninsula dimoderasi oleh Andrew Wiguna Mantong dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) dengan menghadirkan pembicara Prof. Lee Hochul dari Incheon National University Korea dan Dr. Shofwan Al-Banna Choiruzzad dari Universitas Indonesia, didampingi Prof. Kim Tae Hyun (Chung An University). Poin penting dari sesi ini mengetengahkan pentingnya kepercayaan (trust) dari pihak-pihak yang berkepentingan, terutama Korea Selatan dan Korea Utara. Prof. Lee memiliki nada pesimistik dalam isu ini, mengingat realisme politik yang kental dimainkan oleh Kim Jong-un. Hal senada disampaikan Dr. Shofwan yang mengatakan bahwa langkah yang diambil Korea Utara dalam isu denuklirisasi dan reunifikasi dua Korea tetap harus dilihat dalam frame kepentingan rasional aktor negara. Hal ini penting dipahami karena dengan kepemilikan senjata nuklir, Korea Utara menjadikan tetangganya berada dalam hostile situation, sehingga benar-benar dibutuhkan itikad baik dari semua pihak, tambah Prof. Kim. Sementara di sesi kedua, dialog lebih spesifik membicarakan tema Korea-Indonesia Bilateral Relations and Korea’s New Southern Policy dengan pembicara utama Prof. Choe Won-gi (Korea National Diplomatic Academy) dan panelis Prof. Kim Hyungjong (Yonsei University). Dalam sesi ini, Indonesia dinilai memiliki potensi untuk berperan lebih besar dalam kebijakan baru Korea Selatan, mengingat Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan kedua Korea serta negara-negara lain yang terlibat, seperti China, Jepang, dan Amerika Serikat [APD].