Kerjasama Ekonomi Global dan Diplomasi Indonesia
Pada tanggal 5 April 2013 lalu, Tirta Mursitama, PhD, ketua departemen Hubungan Internasional Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara kembali mendapatkan kesempatan memberikan materi dan berdiskusi dihadapan 59 diplomat muda Indonesia Sekdilu angkatan 37 di Pusdiklat, Kemenlu, Sisingamangaraja, Jakarta. Pada kesempatan kali ini Dr Tirta menyampaikan topik “Kerjasama Ekonomi Global” yang kemudian dikaitkan dengan peran diplomat dan diplomasi Indonesia.
Paparan dimulai dengan memberikan penjelasan tentang Ekonomi Politik Internasional (Ekopolin) meliputi definisi, stuktur dan elemen-elemen di dalamnya. Penjelasan ini memberikan kerangka yang dapat digunakan untuk menganalisis fenomena kerjasama ekonomi global. Selain itu, Dr Tirta melanjutkan paparan dengan konteks historis ekonomi global pasca Perang Dunia II dengan kemunculan Bretton Woods System disertai dengan krisis-krisis yang menyebabkan perlunya pemikiran kembali tentang tatakelola ekonomi global. Kemunculan G-20 menjadi sebuah studi kasus yang kemudian memicu diskusi yang hangat di antara para diplomat muda peserta Sekdilu 37.
Namun hal yang tak kalah menarik adalah diskusi yang meluas tentang diplomasi Indonesia dan tantangan yang dihadapi para diplomat. Perdebatan peran diplomat apakah harus idealis ataukah pragmatis menjadi satu bagian diskusi yang seru diantara para peserta. Pertanyaan klasik seperti ini sangat wajar dikemukakan oleh diplomat yang baru mulai meniti karir. Ternyata hal ini, tak terkecuali menjadi bagian dari kegalauan 59 orang pilihan dari seantero bumi pertiwi yang mendapatkan kehormatan amanah menjadi diplomat Indonesia.
Hal menarik lain yang semakin menumbuhkan harapan optimisme diplomasi Indonesia ke depan adalah ketika muncul pertanyaan berapa lama mereka akan menggapai posisi puncak sebagai duta besar atau bahkan menteri luar negeri. Jawabannya pun bervariasi ada yang sangat optimis dalam 10 tahun, hingga yang menengah 15 tahun sampai yang berpikir konservatif sampai 20 tahun. Tentu hanya waktu yang akan menjawab keoptimisan mereka. Namun yang pasti, adanya kerangka waktu yang dimiliki para diplomat muda ini menandakan mereka pun punya mimpi besar untuk berkontribusi memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.
Bagi Dr Tirta dan Hubungan Internasional Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara kesempatan menjadi widyaiswara ini merupakan amanah yang luar biasa. Secara pribadi, perasaan gembira dan bangga semakin membuncah ketika menyaksikan enam dari lima puluh sembilan diplomat muda angkatan 37 ini adalah bekas mahasiswa ketika masih mengajar di Universitas Indonesia. Hal ini semakin memberikan inspirasi dan memupuk rasa percaya diri agar jurusan Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara dalam empat hingga lima tahun ke depan dapat menempatkan lulusannya menjadi bagian dari diplomat muda Indonesia yang ditempa di pusdiklat Kemlu yang bersejarah. Semoga. Majulah Hubungan Internasional Indonesia, Majulah Diplomasi Indonesia!