Bisa Karena Biasa: 3 Bulan di Taiwan

Tidak terasa sudah bulan memasuki bulan ketiga kami berada di CSU,sampai saat itu kami sudah bisa beradaptasi dengan gaya hidup masyarakat Taiwan  dan sudah banyak hal yang kami alami selama 3 bulan disini. Lalu tepatnya pada awal bulan Oktober  kami diberitahukan bahwa pada 7 November nanti pada saat perayaan ulang tahun CSU kami akan tampil membawakan tarian Indonesia.  Pada waktu itu juga kami mulai mengatur jadwal latihan secara rutin yang sebelumnya hanya seminggu sekali menjadi seminggu dua kali. Saat membawakan tarian ini kami juga tidak sendiri karena kami berkolaborasi bersama teman- teman kami yang berasal dari Thailand dan Filipina , tidak mudah memang karena kami harus menyesuaikan lagi jadwal kami semua dan mencoba saling memberi  instruksi satu sama lain dengan keterbatasan bahasa, akan tetapi dengan keterbatasan yang kami miliki untuk berkomunikasi dengan teman kami tidak menjadi suatu hambatan. Tidak terasa, waktu yang ditunggu telah tiba. Pada tanggal 7 November kami  tampil didepan semua murid dan para Rektor serta dosen-dosen di  CSU. Kami awalnya merasa takut, karena kami mendapatkan urutan paling terakhir, yang berarti kami harus semaksimal mungkin menunjukkan tarian kami. Setelah selesai kami menunjukkan tarian dari indonesia, kami merasa bangga dapat membawakan tarian Indonesia serta mengibarkan bendera Indonesia di Negara lain.

Penampilan kami Mahasiswa Indonesia pada Malam Seni Cheng Shiu
Penampilan kami Mahasiswa Indonesia pada Malam Seni Cheng Shiu

Selang beberapa hari setelah penampilan tarian kami. Salah satu dosen dari BINUS yaitu  Mbak Paramitaningrum menyempatkan mengunjungi kami di CSU. Dengan di temani oleh KaiKai Laoshi kami menunggu beliau di pintu gerbang CSU. Beliau tiba pada sore hari. Sesampainya beliau di CSU kami menyambut beliau dengan gembira. Karena cuaca yang begitu dingin dan berangin kami sepakat untuk mengobrol di kantor International Office dan menyuguhi teh hangat untuk menghangatkan tubuh. Kami menceritakan pengalaman-pengalaman kami selama berada di Kaouhsiung, dan kendala-kendala yang kami hadapi. Beliau mendengarkan dengan seksama lalu memberi beberapa saran untuk bertahan hidup di negri orang. Setelah selama satu jam menghabiskan waktu untuk bercerita dan bersenda gurau, kami mengajak beliau dan beberapa teman dari International Office untuk makan malam bersama. Kami memilih untuk makan hot pot di tempat teman kami Sayne. Karena cuaca yang dingin sepertinya menu hot pot sangat pas untuk menjadi pilihan makan malam. Suasana saat itu begitu menyenangkan, dan cerita cerita beliau tentang keadaan Indonesia membuat kami rindu akan tanah air. Setelah menyantap makan malam kami, mengantar mbak Mita ke stasiun central park. Karena beliau menginap di daerah tersebut, kami berpisah di stasiun tersebut dan berterimakasih kepada beliau karena sudah menyempatkan waktunya untuk mengunjungi kami.

Sesi Sharing dengan Paramitaningrum, Dosen HI Binus
Sesi Sharing dengan Paramitaningrum, Dosen HI Binus

Keesokannya kami pergi ke Tainan bersama KaiKai Laoshi dan murid exchange stundent  yang berasal dari China,Thailand dan Taiwan. Kami menuju Tainan sekitar satu setengah jam menggunakan kereta. Sesampainya di Tainan kami di ajak untuk mengunjungi salah satu tempat makan yang katanya sangat terkenal dengan kelezatannya. Pada awalnya kami semua mengira bahwa tempat tersebut seperti restoran besar atau caffe mewah, namun ternyata hanya warung kecil dengan bangku dan meja yang hanya bisa diduduki 10 hingga 15 orang saja. Sederhana memang, namun rasa makanan yang disuguhkan begitu menggoda lidah. Dengan menu andalan sup ikan dan cake rice, kami terpuaskan dengan rasa yang begitu lezat dan harga yang benar-benar terjangkau. Saat membayar makanan yang telah kami santap,kami mencoba kemampuan bahasa mandarin yang selama ini telah di ajarkan dengan cara mengobrol dan bertanya berapa harga yang harus kami bayar. Pemiliknya begitu ramah dan menanggapi kami dengan sangat baik. Tidak lupa kami mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama dengan pemilik tempat makanan tersebut.

Rumah Pohon di Tainan
Rumah Pohon di Tainan

Setelah makan, KaiKai Laoshi mengajak kami ke rumah pohon yang terletak di daerah Anping, Tainan. Rumah yang terlilit dengan akar-akar pohon beringin tersebut sangat menarik perhatian. Kita bisa memasuki rumah tersebut dengan pemandangan seperti sedang berada di hutan. Bukan hanya itu, terdapat juga caffe ice cream yang sangat unik dan museum yang suasananya hamper sama saat mengunjungi kota tua di Jakarta. Terdapat patung-patung manekin yang menggambarkan kehidupan rakyat Taiwan di masa lampau. Setelah puas mengelilingi rumah akar dan museum kami memutuskan untuk berkeliling pasar yang ada di sekitar rumah akar tersebut. Kami menemukan makanan-makanan yang jarang di temui di Indonesia serta menemukan es krim yang bentuknya unik dan lucu. Puas menjelajahi pasar yang dipenuhi makanan, kami memutuskan untuk kembali ke Kaouhsiung. Kami kembali ke Kaouhsiung dengan menggunakan kereta api. Perjalanan yang sangat menyenangkan.

 

DSC_3229