Indonesia dan Dunia pasca-1965

Jpeg
Presentasi oleh Zhou Taomo dari NTU mengenai Hubungan Indonesia-RRT 1965

Sejarah mencatat, hubungan Indonesia dengan dunia internasional mengalami dinamika yang bergejolak. Jika hari ini Indonesia bersahabat dengan negara A maka bisa jadi hari berikutnya hubungan keduanya menjadi beku. Tahun 1965 menjadi sangat menarik karena pada tahun tersebut merupakan salah satu turning point dalam sejarah diplomasi Indonesia dan sejarah Indonesia pada umumnya. Hal tersebut menarik perhatian para akademisi dari Jepang dan Indonesia yang diwujudkan dalam sebuah Simposium Internasional yang bertajuk Indonesia and the World: Japanese Study post-1965 yang diselenggarakan oleh Waseda University Jepang bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Turut hadir dalam acara itu pengajar Jurusan HI Binus, Geradi Yudhistira.

Jpeg

Peristiwa 30 September bukanlah semata-mata peristiwa domestik, namun lebih daripada itu peristiwa ini juga memiliki karakter internasional yang kuat. Hubungan Indonesia dengan negara-negara besar saat itu seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan Uni Soviet mengalami perubahan drastis. Hubungan Indonesia dengan AS menjadi dekat sementara di lain pihak hubungan dengan negara-negara komunis menjadi renggang bahkan beku. Pola hubungan baru antara Indonesia dengan AS banyak dipengaruhi oleh jaringan intelektual. Beberapa tokoh yang sangat dominan dalam arsitektur politik dan diplomasi orde baru antara lain Guy Pauker (Rand Corp.), Clifford Geertz, Nugroho Notususanto, Ratna Sari Dewi Seoakrno dan jaringan CSIS Tanah Abang.