Kuliah Terakhir Prof. Benedict Anderson
Sosoknya memang sudah lemah menginjak usianya yang mendekati 79 tahun. Sesekali ia tertatih-tatih karena tongkatnya sudah tidak mampu menahan tubuhnya yang semakin renta. Sambil bercanda dia mengajak hadirin yang datang untuk memahami kaitan antara anarkisme dan nasionalisme di kawasan Asia Tenggara awal abad XX. Meskipun dengan artikulasi yang agak terbata-bata karena faktor kesehatan, namun Oom Ben (biasa Benedict Anderson dipanggil) masih memukau ketika memaparkan pemikirannya soal nasionalisme. Dalam bidang ini memang Oom Ben dapat disejajarkan dengan Dewa-dewa kajian Nasionalis lainnya seperti Ernes Gelner
10 Desember 2015, di hari itu sosok Professor Benedict Anderson masih menjadi guru bagi para hadirin yang datang di auditorium gedung IX Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Di antara para pendengarnya, tiga orang pengajar Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara mensengajakan hadir untuk mendengar ceramah Guru Besar bidang Politik Indonesia dari Cornell University.
Oom Ben memang pernah menjadi bagian dari perjalanan Republik ini. Sebagai orang yang mengabdikan dirinya untuk mengkaji Ilmu Politik di Indonesia, Oom Ben tidak hanya bekerja dari belakang meja. Oom Ben selalu melihat perilaku masyarakat ketimbang perilaku elit itu sendiri sebagai objek kajian ilmu politik, hal ini mendobrak tradisi ilmu politik yang selalu melihat perilaku elit. Salah satu karya masterpiece Oom Ben adalah “Imagined Communities” dengan melihat nasionalisme yang terbentuk di Indonesia Abad XX dari masyarakat Jawa.
“Mendobrak” sudah menjadi sifat Oom Ben. Tidak hanya metodologi, riset-risetnya selalu mendobrak bahkan “mengganggu” kenyamanan penguasa. Oom Ben bersahabat baik dengan aktivis mahasiswa Soe Hok-Gie. Oom Ben menulis Cornell Paper sebagai sebuah narasi alternatif Peristiwa Gerakan 30 September. Menurut Oom Ben dan rekannya Rut T. McVey, Gerakan 30 September merupakan hasil dari persaingan internal Angkatan Darat yang kemudian dimenangkan oleh Jenderal Soeharto. Analisa yang “berani” ini membuat Oom Ben tidak boleh masuk ke Indonesia di medio 1980an oleh Jenderal Soeharto yang ketika itu menjadi Presiden.
10 Desember ternyata menjadi hari terakhir Oom Ben berdiri di podium. Tiga hari kemudian sang Guru Besar wafat di Malang di tengah waktu liburannya. Ilmu Politik di Indonesia dan dunia kehilangan salah satu pemikirnya. Benedict Anderson lahir di Kunming Tiongkok, berpaspor Irlandia , berkarya di Amerika, mengkaji Asia Tenggara dan wafat di Malang, Indonesia.