Intervensi Amerika Serikat dalam Perang Korea
Oleh: Charlene Karina Lupita (1901495401) IRB News
Perang Korea adalah perang yang terjadi di Semenanjung Korea mulai dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. Perang Korea erat kaitannya dengan kepenjajahan Jepang di Semenanjung Korea dari awal 1910 hingga akhir Perang Dunia II. Ketika Jepang menyerah kalah pada Sekutu di akhir Perang Dunia II, Semenanjung Korea dibebaskan dari kolonial Jepang, wilayahnya dipisah di garis lintang 38° utara (zona perbatasan ini dikenal sebagai 38th parallel) dan dibagi oleh dua super power pada saat itu yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat menduduki Semenanjung Korea bagian selatan dan Uni Soviet menduduki Semenanjung Korea bagian utara (Jang, 2010). Amerika Serikat dan Uni Soviet sepakat untuk membagi wilayah Semenanjung Korea dengan tujuan agar lebih cepat melucuti kekuatan tentara Jepang dan memulangkan penduduk Jepang yang ada di Korea (Millett, 2017).
Sepanjang tahun 1948 hingga tahun 1950, sudah terdapat banyak bentrokan yang terjadi di antara Korea Selatan dan Korea Utara. Akan tetapi hal yang memantik perang di antara keduanya adalah ketika tentara dari Korea Utara/ Korean’s People Army (KPA) melintasi zona perbatasan 38th parallel untuk menginvansi Korea Selatan pada 25 Juni 1950 (Jang, 2010). Serangan pertama dilakukan oleh Korps KPA I dengan jumlah 53.000 orang dengan berbondong-bondong melewati Sungai Imjin menuju ke Seoul. Serangan selanjutnya dilakukan Korps KPA II dengan jumlah 54.000 orang. Tentara Korea Utara mencapai Seoul pada tanggal 28 Juni 1950, akan tetapi tujuan awal mereka menginvasi tidak berhasil tercapai karena Pemerintahan Syngmann Rhee dan Militer Korea Selatan tetap menolak untuk menyerah dan malah membentuk garis pertahanan di selatan Sungai Han walaupun sudah kesulitan untuk mempertahankan batas wilayahnya. Oleh karena itu, pihak Korea Selatan membutuhkan bantuan dari angkatan bersenjata Amerika Serikat (Millett, 2017).
Lalu, Apakah intervensi Amerika Serikat dalam Perang Korea efektif? Maka dari itu, akan dijawab menggunakan konsep Rational Calculations. Menurut Peter Wellenstein dalam bukunya Understanding Conflict Resolutions, konsep Rational Calculations memiliki asumsi bahwa aktor atau pihak yang terlibat dalam konflik memiliki pemikiran rasional yang membentuk penilaian mereka sendiri dan mempengaruhi dalam mengambil keputusan, mencapai strategi, dan menginisiasi beberapa kejadian yang dapat berujung pada perang. Untuk menimbang apakah ingin meningkatkan konflik ke konfrontasi kekerasan, aktor membuat perhitungan internal dan menganalisa costs dan benefits yang menunjukan bahwa benefits yang mereka dapat lebih besar daripada costs-nya. Perhitungan costs dan benefits di antara aktor yang berkonflik dapat dilihat dari sisi aktor yang memulai kekerasan dan dapat dilihat dari sisi aktor yang membela diri dari serangan tersebut (Wallensteen, 2002).
Dalam Kebuntuan Pada Konflik, Aktor Harus Memikirkan Kembali Strateginya
Jika seiring berjalannya waktu dan tidak ada pihak yang menang, perhitungan awal dari pihak yang memulai kekerasan akan mengalami perubahan dimana benefits akan berkurang karena costs bertambah, dan apabila melihat kebuntuan malah membawa lebih banyak kerugian, kesempatan untuk berdamai dapat muncul. Akan tetapi jika tiap-tiap aktor melihat bahwa masih berpeluang mendapatkan benefits maka hal yang dilakukan adalah gencatan senjata untuk memulihkan diri dan membangun power kembali. Dalam konsep Rational Calculations, perhitungan costs dan benefits dapat dipengaruhi oleh pihak luar (Wallensteen, 2002).
Pada 25 Juni 1950, Korea Utara memutuskan untuk menginvansi Korea Selatan. Jika dilihat dari Rational Calculation Approach, kekuatan Korea Utara pada saat itu lebih unggul daripada Korea Selatan. Hal tersebut dikarenakan Korea Utara mendapatkan bantuan dari China dan Uni Soviet. China mendukung invansi tersebut dengan cara melepaskan para veteran Korea dari People’s Liberation Army (PLA)/ Militer China, sedangkan Uni Soviet mendukung invansi tersebut dengan menyediakan alat-alat perang (Millett, 2017). Posisi Korea Selatan yang pada saat itu tidak dapat menahan serangan dari Korea Utara membuat mereka meminta bantuan militer dari Amerika Serikat, sehingga Amerika Serikat memutuskan untuk membantu Korea Selatan. Melalui persetujuan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika Serikat meminta agar invansi Korea Utara ke Korea Selatan dihentikan, kemudian pada tanggal 27 Juni 1950, dibawah pimpinan Amerika Serikat, para negara anggota PBB menyediakan bantuan militernya kepada Korea Selatan (Millett, 2017).
Keputusan Amerika Serikat untuk melakukan intervensi dalam Perang Korea didasarkan oleh kepentingan-kepentingan berikut:
- Untuk mempertahankan kredibilitas Amerika Serikat sebagai negara super power;
- Untuk mencegah pro-Soviet bandwagon effect dimana Amerika Serikat khawatir akan semakin banyak negara yang bersekutu ke Uni Soviet jika Korea Utara berhasil menginvansi Korea Selatan;
- Adanya politik domestic, yakni pada tahun 1950 merupakan tahun yang buruk untuk Amerika Serikat karena karena ada negara Asia yang mengikuti paham Komunisme (American Foreign Policy: COLD WAR ORIGINS AND U.S. INTERVENTION IN THE KOREAN WAR, 2010).
Jumlah Perimbangan Kekuatan di Antara Pihak Utara dan Selatan
Pada saat Amerika Serikat memutuskan untuk ikut masuk ke dalam Perang Korea, menjadi sebagai berikut:
- Pihak Utara
- Personil
Militer Korea Utara memiliki 231.000 prajurit yang ditugaskan menginvansi ke Korea Selatan dan sekitar 30.000 prajurit cadangan yang ditempatkan di Korea Utara.
- Alat Perang
Pihak Utara memiliki 275 tank tipe T-34-85, pesawat tipe MiG-15 Fagot, 150 pesawat tempur Yakolev, 110 pesawat pembom, 200 meriam, 78 pesawat trainers Yakolev, dan 35 pesawat pengintai untuk menginvansi Korea Selatan dan memiliki 114 pesawat tempur, 78 pesawat pembom, dan 105 tank tipe T-34-85 untuk cadangan yang ditempatkan di Korea Utara.
- Pihak Selatan
- Personil
Militer Korea Selatan memiliki 98.000 prajurit yang terdiri dari 65.000 personil aktif dan 33.000 personil pendukung. Prajurit di luar personil militer Korea Selatan yaitu di bawah Komando PBB berjumlah 105.000 personil.
- Alat Perang
Pihak Selatan memiliki tank tipe M4 Sherman, M26 Pershing, dan M46 Patton. Pesawat dengan tipe P-51 Mustang, F4U Corsair, Hawker Sea Fury, P-80 Shooting Star, F9F Panther, F-80, dan F-86 Sabre (War, n.d.).
Kemudian untuk perhitungan costs & benefits dari sisi Amerika Serikat yang memutuskan ikut mengintervensi dalam Perang Korea adalah sebagai berikut:
- Tahapan pertama Amerika Serikat dalam intervensi Perang Korea
Benefit yang Amerika Serikat peroleh pada tahap pertama adalah adanya dukungan dari negara-negara anggota PBB dengan menyediakan bantuan militer kepada Korea Selatan. Pada tahapan ini juga Amerika Serikat memperoleh benefit karena antara China dan Uni Soviet, belum ada yang ikut mengintervensi Perang Korea secara langsung, sehingga Amerika Serikat yakin bahwa Pihak Selatan akan lebih unggul. Sedangkan cost yang harus dihadapi Amerika Serikat adalah harus menerima kenyataan bahwa kekuatan militernya tidak cukup efektif untuk menahan serangan dari Korea Utara. Cost yang juga harus ditanggung oleh Amerika Serikat adalah adanya prajurit yang meninggal dalam menghadapi invansi Korea Utara serta kurangnya persenjataan (Millett, 2017).
- Tahapan Kedua Amerika Serikat dalam intervensi Perang Korea
Kemudian di tahap ini, Amerika Serikat masih memperoleh benefits karena Pihak Selatan berhasil memperlambat dan memukul mundur Pihak Utara bahkan Pihak Selatan dapat melewati 38th parallel dan merebut Pyeongyang (Millett, 2017). Awalnya Pihak Selatan mengira bahwa perang akan lebih cepat diakhiri karena telah berhasil merebut Ibukota Korea Utara, akan tetapi hal yang tidak disangka-sangka adalah China juga ikut masuk dalam Perang Korea dikarenakan Pihak Selatan dianggap telah mengancam keamanan nasional China sehingga mereka berusaha untuk mempertahankan batas wilayahnya dari Pihak Selatan (War, n.d.). Lalu masuknya China dalam Perang Korea ini membuat costs Amerika Serikat yang semula sudah turun menjadi kembali naik karena Pihak Selatan dan Pihak Utara kekuatannya kembali seimbang. Ikut masuknya China dalam Perang Korea juga membuat perang ini mengalami stalemate dari tahun 1951–1953 dan perang ini berakhir dengan diadakan perjanjian gencatan senjata pada 27 Juli 1953 (War, n.d.). Hasil dari perjanjian ini adalah Zona Demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan (Jang, 2010).
Dari tulisan ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kepentingan Amerika Serikat untuk ikut mengintervensi dalam Perang Korea tidak cukup efektif. Hal ini dapat dilihat setelah Perang Korea berakhir di tahun 1953, masih tetap ada negara yang mendukung Uni Soviet yaitu China dan Korea Utara. Dilihat dari perhitungan costs & benefits juga dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat tidak memperoleh benefits yang cukup banyak dalam Perang Korea karena costs yang harus mereka tanggung hampir menyamai benefits yang mereka peroleh.
Referensi
American Foreign Policy: COLD WAR ORIGINS AND U.S. INTERVENTION IN THE KOREAN WAR. (2010). Retrieved 2017, from MIT OpenCourseWare: http://ocw.mit.edu/terms.
Jang, H. J. (2010). Overview of the Korean War and its Legacy. Retrieved 2017, from Stanford SPICE Freeman Spongli Institute for International Studies : http://spice.fsi.stanford.edu/docs/overview_of_the__korean_war_and_its_legacy
Millett, A. R. (2017, March 5). Korean War. Retrieved 2017, from Britannica: https://www.britannica.com/event/Korean-War
Wallensteen, P. (2002). Understanding Conflict Resolution: War, Peace, and the Global System. London: SAGE Publications.
War, I. (n.d.). Korean War. Retrieved 2017, from Saylor Academy: https://www.saylor.org/site/wp-content/uploads/2011/03/Korean-War.pdf