Kepemimpinan Strategis Sektor Hankam di Indonesia
Kuliah Tamu Brigjen TNI (Purn.) Makmur Supriyatno
Dalam rangka mempersiapkan para mahasiswa/i sebagai generasi penerus kepemimpinan strategis bangsa di masa depan, Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara (BINUS) mengajarkan mata kuliah Kepemimpinan Strategis. Sebagai pengaya studi kasus, Departemen HI mengadakan kuliah tamu pada Rabu, 28 November 2018, pukul 13.20-15.00 di Kampus Anggrek BINUS dengan tema “Kepemimpinan Strategis Sektor Pertahanan dan Keamanan di Indonesia”, mengundang pembicara Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Makmur Supriyatno, purnawirawan TNI Angkatan Darat yang kini menjabat dosen ahli Universitas Pertahanan.
Purnawirawan yang akrab dipanggil Bapak Nano ini mengawali dinas militer pada 1979 dan pensiun pada 2013. Ia telah mengenyam berbagai pendidikan militer dan pengalaman tugas, baik di dalam maupun luar negeri, serta memperoleh berbagai tanda jasa dan medali penghargaan selama dinasnya tersebut. Pengalaman tugasnya terlama adalah di Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittopad) pada 1980-2006, di mana ia juga acap kali ditugaskan dalam proyek batas internasional antara Indonesia dan Malaysia. Ia juga pernah menjadi Kepala Misi Pemeliharaan Perdamaian pada 2006-2010 dan Kasubdit Hubungan Internasional Direktorat Kerja Sama Internasional Kementerian Pertahanan (Ditkersin Kemhan) pada 2010. Teranyar, ia berdinas di Universitas Pertahanan, di mana ia menjadi Direktur Kerja Sama Antarlembaga pada 2010 dan Direktur Akademik dan Kemahasiswaan pada 2013. Ia juga banyak menerbitkan karya tulis tentang ilmu pertahanan dan perang; bukunya yang terakhir berjudul Etika Perang Yang Sah (Just War Theory) pada Perang Konvensional, diterbitkan pada 2016.
Bapak Nano mengawali kuliah tamu dengan menjelaskan tiga tingkatan kepemimpinan pada sektor pertahanan dan keamanan, yaitu taktis (kepemimpinan tingkat kelompok atau organisasi kecil), operasional (kepemimpinan tingkat implementasi kebijakan), dan strategis (kepemimpinan tingkat pembuatan keputusan dan kebijakan strategis). Ia kemudian menjelaskan “strategi” dan “strategis” dengan mengaitkannya dengan perang sebagai kelanjutan politik, kemudian mengutip teoretisi strategi seperti B.H. Liddell Hart dan Bernard Brodie. Strategi didefinisikan sebagai “rencana”, yang meliputi tujuan yang ingin dicapai (ends), cara atau metode (ways), dan alat atau sarana (means); dan dalam ilmu militer merupakan ilmu para jenderal untuk memenangkan perang. Sesuatu bersifat strategis jika luas permasalahan dan cakupannya, besar kuantitasnya, serta penting untuk dipertahankan. Oleh karena itu, kepemimpinan strategis memerlukan pemikiran yang sangat hati-hati; kewaspadaan terhadap sistem yang telah ada; pandangan luas terhadap misi yang diemban dalam suatu organisasi atau satuan; pandangan yang luas; serta fokus pada hasil, bukan pada proses, metode, maupun tujuan.
Kemudian, Bapak Nano menjelaskan lingkungan strategis dari pemikiran strategis, yang terdiri atas empat komponen yang selalu berkaitan secara jelas, yaitu keamanan nasional, lingkungan domestik atau nasional, lingkungan internasional, dan lingkungan militer. Di Indonesia, lingkungan strategis nasional didefinisikan sebagai ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan, dan keamanan; kemudian lingkungan internasional dibagi menjadi lingkungan regional dan global. Pemimpin strategis harus mengenali dan memahami komponen lingkungan keamanan nasional, dengan tujuan akhir merumuskan strategi keamanan nasional. Instrumen-instrumen kekuatan nasional antara lain kekuatan politik, ekonomi, dan militer. Instrumen-instrumen ini menyediakan sarana pengaruh, antara lain persuasi politik, otot ekonomi, dan kekuatan militer. Di antara semua instrumen tersebut, pemimpin strategis harus memahami kekuatan militer karena memiliki potensi besar untuk melakukan perubahan secara permanen dalam lingkungan strategis, serta karena pengalaman militer di antara pemimpin sipil telah menyusut. Oleh karena itu, pemimpin strategis harus memahami strategi militer.
Bapak Nano kemudian menjelaskan cara mengembangkan kepemimpinan strategis. Salah satunya adalah dengan persiapan khusus di beberapa daerah penugasan atau tour of duty dan tour of area. Pertama, mengerti bagaimana pemimpin berkembang berdasarkan anatomi kepemimpinan strategis. Kedua, mengenali beberapa kompetensi pemimpin strategis yang harus dimiliki. Terakhir, menilai kemampuan dan berkomitmen pada rencana pengembangan diri. Anatomi kepemimpinan strategis berkaitan dengan beberapa aspek penting, yang dianalogikan menyerupai bangunan piramida. Piramida kepemimpinan strategis didasari oleh nilai-nilai, etika, moral, dan standar. Di atasnya, terdapat pengalaman, keterampilan dasar, dan pengetahuan. Di atasnya lagi, terdapat komando, tanggung jawab, dan kewenangan. Di atasnya lagi, terdapat keterampilan berpikir strategis. Di atasnya lagi, terdapat kompetensi strategis. Terakhir, terdapat pembuatan keputusan strategis di puncaknya. Terakhir, Bapak Nano menjelaskan kompetensi kepemimpinan strategis, yaitu visi sebagai panduan fokus pemimpin strategis untuk mencapai sesuatu di masa mendatang, kemampuan sebagai agen transformasional, kemampuan mengantisipasi perubahan, kemampuan memimpin dalam perubahan, kemampuan menumbuhkan pola pikir perubahan untuk membuat keputusan yang logis, dan seterusnya.