Virus Korona dan Dampak Ekonomi

Jakarta – Pada Rabu, 5 Februari 2020 pengajar Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara menulis mengenai dampak wabah COVID-19 terhadap ekonomi. Wisnu mengemukakan tiga asumsi:

Pertama, dampak dari pengurangan kegiatan aktivitas bisnis masyarakat oleh Pemerintah China untuk menghindari penyebaran virus yang lebih meluas. Wabah ini sendiri terjadi sebelum tahun baru Imlek di mana banyak warga yang pulang kampung untuk merayakan tahun baru. Libur panjang ini menyebabkan transaksi ekonomi juga tidak berjalan dengan maksimal.

Kedua, Pemerintah China belum dapat memastikan apakah libur panjang ini akan diperpanjang lagi karena tergantung dari apakah jumlah penduduk yang terkena virus ini akan bertambah atau berkurang. Seriusnya wabah ini terutama juga tercermin dari keputusan WHO yang telah menyatakan bahwa wabah virus korona ini sebagai situasi darurat.

Ketiga, melambatnya roda perekonomian China juga dapat menimbulkan depresi ekonomi yang membuat semakin kronis tekanan pada perekonomian dunia yang belum sepenuhnya sembuh dari krisis ekonomi. Hal ini disebabkan partisipasi ekonomi China di dunia yang sudah mencapai 20% PDB dunia.

Namun demikian, di samping pandangan pesimistis tersebut, sejumlah kalangan masih merasa optimis. Secara umum pandangan optimis ini memiliki asumsi:

Pertama bahwa pendapat para ahli kesehatan yang mengatakan bahwa virus korona ini tidak lebih berbahaya dibandingkan flu yang kita alami sehari-hari yang mengakibatkan kematian 250-300.000 orang setiap tahun (country.eiu.com). Case-fatality rate bergerak di 2.2% dan lebih rendah dibandingkan dengan wabah MARS yang mencapai 9,6%. Atas dasar informasi ini, maka dapat diperkirakan bahwa penyebaran virus ini tidak semasif wabah MARS yang lalu.

Kedua, belajar dari wabah MARS, ekonomi China memang melambat dalam jangka pendek terutama saat wabah dan tiga bulan setelah wabah itu dinyatakan dapat dikontrol. Beberapa bulan setelah periode itu, ekonomi China kembali menguat. Pendapat ini dikeluarkan oleh International Monetary Fund Managing Director Kristalina Georgieva.

Ketiga, satu di antara kemampuan Pemerintah China adalah memobilisasi masyarakat agar searah dengan kebijakan pemerintah. Hal ini dapat terlihat mulai dari pembangunan rumah sakit hingga penutupan kota sebagai langkah ekstrem yang wajib dipatuhi oleh penduduknya.

Selengkapnya dapat dibaca di sini.