[Bedah Buku] Memahami ASEAN dan diskusi terkait Perkembangan Kajian ASEAN
Pada hari jumat, 6 November 2020, CBDS HI Binus mengadakan acara peluncuran buku teks Memahami ASEAN yang diedit oleh Wendy A. Prajuli dan Moch Faisal Karim, PhD. Keduanya adalah faculty member dari Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara.
Terdapat empat pembicara yang memaparkan pandangan-pandangan mereka terhadap perkembangan kajian ASEAN di Indonesia. Keempat pembicara ini adalah:
- Shofwan Al Banna Choiruzzad, S.Sos., M.A., Ph.D. (Sekretaris Eksekutif, Pusat Studi ASEAN, Universitas Indonesia)
- Dr. Rahadjeng Pulungsari Hadi, M.Hum, (Ketua Departemen Kewilayahan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia)
- Ade Marup Wirasenjaya S.IP., M.A. (Staf Pengajar, Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
- M. Faisal Karim, S.Sos., M.A., Ph.D (Editor, Journal of ASEAN Studies, Universitas Bina Nusantara)
Dalam diskusi peluncuran buku ini, masing-masing pembicara memetakan peluang dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam mengembangkan kajian terhadap ASEAN. Indonesia merupakan salah satu negara pendiri ASEAN bersama-sama dengan Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Namun, jika dibandingkan negara-negara tersebut, khususnya Thailand, Malaysia, dan Singapura, Indonesia tertinggal dalam pengembangan kajian Asia Tenggara, termasuk di dalamnya kajian ASEAN.
Lebih lanjut dijelaskan oleh satu pembicara bahwa tidak ada satupun universitas di Indonesia, Brunei, Laos, Kamboja, dan Myanmar yang menawarkan program studi kajian kawasan Asia Tenggara. Yang ada hanyalah matakuliah-matakuliah tentang Asia Tenggara yang ditawarkan secara terpisah-pisah di berbagai jurusan sosial. Sebaliknya, di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam kajian Asia Tenggara merupakan sebuah kajian tersendiri. Di negara-negara tersebut kajian Asia Tenggara ditawarkan sebagai jurusan tersendiri, baik untuk tingkat sarjana maupun pasca-sarjana.
Sementara, kajian Asia Tenggara sebenarnya merupakan kajian yang penting bagi Indonesia. Ada 2 alasan yang dapat dikemukakan terkait pentingnya kajian Asia Tenggara bagi Indonesia, yaitu, pertama, Asia Tenggara memiliki nilai strategis bagi sistem pertahanan Indonesia. Kedua, Indonesia, secara de facto, juga merupakan pemimpin ASEAN. Di luar nilai strategis tersebut, kajian Asia Tenggara dan juga ASEAN juga signifikan di dalam ilmu Hubungan Internasional (Liwe, 2019).
Perubahan mulai terjadi pada 2013 ketika Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, membuka program kajian Asia Tenggara (S2). Di saat yang bersamaan, diinisiasi oleh Kemlu RI, berbagai pusat kajian ASEAN dibuka di berbagai universitas di Indonesia. Sejak 2013 hingga saat ini, perubahan ini telah berjalan selama 7 tahun.
Diskusi ini diakhiri dengan ramah tamah dan rencana untuk melakukan kolokium terkait dengan upaya pengembangan studi tentang ASEAN di komunitas epistemik Indonesia.