IRLS #71. The Implementation of SDG For Sustainability Sourcing amid the Challenge of Climate Change in the COVID-19 Pandemic Era
International Relations Lecture Series (IRLS) ke-71 dari jurusan Hubungan Internasional Bina Nusantara University kembali menghadirkan webinar dengan tema Sustainable Development Goals. Webinar yang mengusung judul The Implementation of SDG For Sustainability Sourcing amid the Challenge of Climate Change in the COVID-19 Pandemic Era ini menghadirkan dua pembicara, yaitu Bapak Medrilzam, Ph.D. (Director for Evironmental Affairs National Developement Planning Board (BAPPENAS)) dan Bapak Andy Wahyu D. (Leader of Supply Chai Management PT Pfzer Indonesia).
Acara ini dimoderasi oleh dosen jurusan Hubungan Internasional Bina Nusantara University, ROseno Aji Affandi (Ph.D. cand.) dan MC Weilie Winaldy serta Helen dan berlangsung selama sekira tiga jam.
Sesi pertama dibawakan oleh Bapak Medrilzam mendiskusikan mengenai keterkaitan Covid-19, Climate Change, dan Sustainable Developement. Selama Pandemi Covid-19, Indonesia harus melakukan konsolidasi agar dapat bangkit untuk mengejar berbagai ketertinggalan. Frekuensi Ekstrim Event akan sering terjadi sehingga dapat menganggu pertumbuhan ekonomi kedepannya. Jika frekuensi ekstrim kering maka padi tidak dapat menghasilkan, tanaman-tanaman rusak, dan resiko kebakaran hutan. Jika frekuensi basah maka longsor, banjir, dan lain-lain. Dulu, frekuensi ektrim rentang waktunya 8-10 tahun, sekarang bisa 2-4 tahun. Climate change sulit dihindari dan harus ditindak tidak hanya Indonesia tetapi juga Global.
Climate change diakibatkan oleh economic activities, sehingga semua negara dituntut secara global untuk mengurangi emisi gas kaca. Di Indonesia, Bappenas menyusun dan menargetkan sekenario-sekenario untuk mengurangi emisi rumah kaca sebesar 29-41% pada tahun 2030. Adaptasi juga diperlukan baik oleh individu, kelompok, maupun pemerintah. Pada saat pandemi, pengunaan masker dan jarum suntik yang meningkat, akan berdampak pada sistem limbah. Kegiatan ekonomi yang kembali setelah pandemi juga akan berkontribusi kembali pada climate change.
Beberapa langkah yang dilakukan BAPPENAS agar pertumbuhan ekonomi dan penuruan emisi rumah kaca tetap terjadi. Pertama, dengan mengimplementasikan artikel 3.4 dari UNFCCC yaitu Encouraging Sustainable Developement, Integration Within the national Developement plan, dan in line with economic developement. Selain itu, BAPPENAS juga menjalankan program Low Carbon Developement yang menjadi salah satu prioritas nasional. Kedua, Adanya LCDI yang diharapkan dapat melakukan pembangunan yang lebih baik. Ketiga, Adanya Green Stimulus untuk mendorong ekonomi menuju low carbon green economic. Tiga Strategi ini juga bekerja sama dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat, public sector, dan seterusnya.
Sementara itu sesi kedua oleh Bapak Andy Wahyu mendiskusikan mengenai gambaran terkait global supply srategic pada saat pandemi dan kontribusi pfzer secara global terhadap SDG school. Pfzer memfokuskan pada program good health and well being dan innovative and infrastructure. Jika dilihat, point pertama sustainability adalah profit and growth, berdiri seolah-olah ideoenden. Kedua, adanya keterkaitan dengan sosial yaitu financial performance dan social performance. Ketiga, keterkaitan dengan biophsycal environment. Terakhir, Proses bisnis dan lingkungan merupakan proses ekosistem, proses timbal balik saling keterkaitan dan ketergantungan.
Perusahaan akan memiliki tiga value proposition yang berjalan beriringan yaitu supply, cost, dan quality & compliance. Ada dua hal yang disampaikan terkait pharma industry dalam pandemi Covid-19 yaitu kemudahan akses produk dan bermanfaat ke masyarakat, serta industri, innovasi dan infrastuktur. Covid-19 sangat berdampak pada bisnis terutama demand. Distruption to supply chains sangat dirasakan saat pandemi karena beberapa negara menerapkan lockdown sehingga beberapa perusahan, transportasi terhambat. Changes to the macroeconomic outlook juga kendala dikarenakan perubahan perilaku konsumen sangat signifikan. Hal tersebut merupakan cambuk bagi Pfzer agar tetap berinnovasi dan menyediakan barang dengan harga yang dapat dijangkau pasien.
Hal yang harus dilakukan adalah memiliki sistem mitigasi untuk mencegah turbulensi yang dapat menganggu bisnis. Beberapa tahapan yang dapat dilakukan adalah risk management, defining benefit, formulating scenario, business contigency plan, dan business adjustment. Dengan adanya hal tersebut perusahaan dapat meminimalisir kerugian yang ada. Point-point dalam Global Supply Network adalah Solid Oral Dose, Sterile Injectable, Biotechnology, Distribution Centers. Global Supply terbagi menjadi beberapa cluster di Amerika, Eropa, Singapura. Local supply terdapat di Pakistan, India, dan Indonesia. Alternative supply di wilayah lain perlu jika salah satu supply mengalami bencana.
Sesi ditutup dengan tanya-jawab dan kuis Kahoot, diselingi penampilan band dosen-dosen Fakultas Humaniora Bina Nusantara University, Lovademica. Rekaman webinar dapat diikuti pula di YouTube Channel “International Relations Bina Nusantara University” pada link ini.