Mekanisme ASEAN Penting untuk Menghadapi Tantangan di Asia Abad ke-21
Pada Sabtu, 12 Februari 2022, dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Bina Nusantara (BINUS), Dr. Dinna Prapto Raharja, menjadi narasumber dalam dialog pembukaan Indonesia-Singapore Foreign Policy Youth Talks (ISFPYT) 2022 bertajuk “Indonesia and Singapore in the 21st Century of Asia” yang diadakan oleh Foreign Policy Talks Discussion Club (FPTDC).
Dialog pembukaan ini mengundang beberapa pembicara dan pakar untuk berdiskusi dan berbagi keahlian tentang bagaimana Indonesia dan Singapura dapat berkembang dan bertahan di tengah kondisi yang dinamis dan tantangannya di Asia. Selain Dr. Dinna, narasumber dialog ini antara lain Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Indonesia, Dr. Teuku Faizasyah; pengamat militer Indonesia, Dr. Connie Rahakundini Bakrie; Associate Professor S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Assoc. Prof. Dr. Leonard C. Sebastian; dan Wakil Indonesia untuk Komisi Hak Asasi Manusia Antarpemerintah ASEAN (AICHR), Yuyun Wahyuningrum.
Dalam diskusi ini, Dr. Dinna membahas wacana geopolitik, geostrategi, dan geoekonomi yang memengaruhi Asia di abad ke-21. Ia mengawali pembahasan dengan melihat karakteristik unik Asia pada abad ke-21. Menurutnya, hal yang akan mendefinisikan Asia di abad ke-21 antara lain wacana geopolitik, geostrategi, dan geoekonomi kawasan Indo-Pasifik, serta tekad negara-negara Asia untuk memperlambat ambisi memiliki senjata terkuat dan daya saing di ranah militer dan keamanan.
Menurut Dr. Dinna, terdapat berbagai bahaya langsung bagi Asia di abad ke-21 ini, yang meningkatkan kemungkinan peperangan. Pandemi COVID-19 tidak mengikis komitmen keuangan negara-negara untuk memodernisasi dan memperkuat angkatan bersenjata mereka. Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden justru mengalami kenaikan anggaran militer yang besar, serta melakukan deterrence strategis dan serangan global di bawah United States Strategic Command (U.S. Stratcom). Di lain pihak, sejak 2015 Tiongkok juga telah membentuk Strategic Support Force untuk mempersiapkan komando tersentral lintas Angkatan Bersenjata bila terjadi peperangan luar angkasa, siber, dan elektronik. Rusia dan Tiongkok telah mempersiapkan sistem rudal hipersonik dan sistem pengeboman orbital fraksional (FOBS) yang telah diuji di Laut Tiongkok Selatan dan Kaliningrad. Amerika Serikat menjadikan Quadrilateral Security Dialogue (Quad) yang diinisiasi Jepang sebagai forum dialog strategis sebagai pakta keamanan dalam persaingan geopolitik dengan Tiongkok serta membentuk aliansi AUKUS.
Dalam konteks ini, Dr. Dinna berargumen bahwa ASEAN perlu menjadi relevan dengan konteks persaingan yang berkembang pesat di kawasan. Diplomasi ASEAN diperlukan untuk mengekang niat persaingan geopolitik, geostrategis dan geoekonomi di kawasan. ASEAN tidak boleh tidak peka terhadap ambisi geopolitik dan geostrategi di kawasan dan hanya fokus pada geoekonomi. Ia percaya bahwa mekanisme kerja sama ASEAN tetap diperlukan dan penting untuk melawan dan menekan aliansi keamanan dan teknologi seperti AUKUS dan Quad. ASEAN memiliki daya mengundang (convening power) dan daya pendorong dialog (dialog-pushing power) yang sepatutnya mampu memecah ketegangan yang telah berkembang di kawasan Indo-Pacific. Dr. Dinna mengajak kaum muda untuk lebih komprehensif melihat masalah yang berkembang di kawasan & menjadi bagian dari ASEAN non-pemerintah yang turut berkontribusi pada pengupayaan perdamaian.
Indonesia-Singapore Foreign Policy Youth Talks (ISFPYT) adalah program virtual yang mempertemukan para pemuda-pemudi kritis dan terkemuka dari Indonesia dan Singapura untuk membahas isu-isu kebijakan luar negeri yang dianggap paling mendesak dan memengaruhi kehidupan bangsa dan negara mereka. Program ini juga bertujuan untuk memberikan wadah bagi para pemimpin muda untuk lebih memahami tantangan masa depan bagi kedua negara dan untuk melatih diri dalam menjalankan kebijakan sebagai solusi antisipasi.
ISFPYT diadakan oleh Foreign Policy Talks Discussion Club (FPTDC), sebuah kelompok informal yang mengumpulkan para pemuda peminat kebijakan luar negeri di seluruh dunia. Klub ini didirikan untuk membahas isu-isu internasional yang paling mendesak dan untuk bertukar pandangan yang berbeda tentang isu-isu global.