Indonesia Harus Mencari Strategi Countersanction Jika Ada Sanksi Internasional yang Berpotensi Berdampak Terhadap Modernisasi TNI

Pada Senin, 15 Februari 2022, dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Bina Nusantara (BINUS), Dr. Curie Maharani Savitri, menjadi narasumber webinar bertajuk “Anticipating Diplomatic Feuds: TNI Long-Term Modernisation Planification” yang diadakan oleh PT Semar Sentinel Indonesia.

Webinar ini membahas potensi risiko sanksi dalam kontrak pengadaan senjata dalam perencanaan modernisasi jangka panjang TNI, selain anggaran dan relevansinya dengan konteks strategis dan keamanan masa depan. Selain Dr. Curie, narasumber lain webinar ini antara lain Ade Marboen, jurnalis dan editor senior kantor berita nasional Antara dan salah satu pendiri Jakarta Defence Studies (JDS), serta Alman Helvas Ali, konsultan PT Semar Sentinel Indonesia. Alumni HI BINUS dan kepala analis riset pertahanan PT Semar Sentinel Indonesia, Anastasia Febiola S, memberikan sambutan pembukaan webinar.

Dalam webinar ini, Dr. Curie membahas dampak krisis Rusia-Ukraina untuk transformasi pertahanan Indonesia. Dalam krisis yang melibatkan Rusia, Belarusia, dan Ukraina ini, berbagai negara memberikan sanksi terhadap Rusia dan sekutunya, yang memiliki berbagai dampak serta memicu adanya countersanction. Beberapa sanksi di antaranya berpotensi berdampak pada Indonesia, terutama bagi transformasi pertahanan Indonesia. Dampak tersebut antara lain berkaitan dengan ketergantungan Indonesia terhadap Rusia, respons Indonesia terhadap undang-undang CAATSA Amerika Serikat, serta upaya mencari strategi countersanction masa depan.

Menurut Dr. Curie, krisis Rusia-Ukraina tidak bisa dilepaskan dari persaingan antara Russia dengan AS dan aliansi NATO. Karakter konflik Russia dengan NATO dan Russia dengan Ukraina sama-sama asimetris, sehingga metode peperangan yang dimainkan bersifat hibrida. Berdasarkan kajian think tank Lab 45, hanya Amerika Serikat dan dua negara lainnya di dunia yang berada dalam posisi revolusi sistem persenjataan (RMA). Sementara itu, Rusia berada di bawahnya pada posisi pembangunan senjata (arms build-up), padahal Rusia sudah mengerahkan seluruh sumber daya finansialnya.

Kemudian, Dr. Curie membahas alasan peperangan hibrida di kawasan bekas Soviet adalah karena Rusia berada di posisi lebih baik untuk mengeksploitasi kondisi yang ada daripada kekuatan eksternal. Rusia tampaknya tidak akan mengubah strategi hibrida di Ukraina jika strategi itu sesuai dengan kepentingan nasional Rusia, memenuhi tujuan strategi hibrida, serta memenuhi komponen-komponennya.

Menurut Dr. Curie, negara-negara Barat sudah acapkali memberikan sanksi terhadap Rusia. Sekarang ini, bentuk countersanction Indonesia adalah membeli suku cadang dari Ukraina dan Belarusia. Akan tetapi, pertanyaannya adalah bagaimana jika industri pertahanan Belarusia juga diembargo Amerika Serikat.

Kemudian, Dr. Curie membahas dependensi negara-negara Asia terhadap senjata negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok. Semua negara Asia kecuali Bangladesh memiliki persediaan senjata dari Amerika Serikat, sementara hanya ada sembilan negara pengguna sistem persenjataan Rusia dan enam negara pengguna sistem persenjataan Tiongkok.

Terakhir, Dr. Curie membahas opsi akuisisi pertahanan Indonesia. Di masa depan, akuisisi pertahanan Indonesia harus memenuhi kriteria tidak memiliki ikatan politik, negara yang tidak memiliki persinggungan geopolitik dengan Indonesia, ditujukan untuk kemandirian penggunaan dan pemeliharaan alutsista, berkontribusi pada pemajuan industri pertahanan nasional, negara mitra strategis/pertahanan Indonesia, serta ditujukan untuk mencapai keseragaman alutsista. Opsi Indonesia antara menjadi negara netral seperti Swedia, atau bergabung dengan aliansi seperti NATO, di mana terdapat syarat mengalokasikan anggaran militer 2% dari produk domestik bruto (PDB).

Diskusi dilaksanakan melalui Zoom oleh PT Semar Sentinel Indonesia, perusahaan consulting bisnis keamanan dan dirgantara. Diskusi ini disiarkan secara langsung di kanal YouTube Semar Sentinel: https://www.youtube.com/watch?v=xRg0aaSD2z0.