Teknologi dan Pertahanan: Dosen HI BINUS Jelaskan Peran Drone di Kompas
- Community Services
- Faculty Member Activities
- Featured
- Foreign Policy Analysis
- Impact and Media Coverage
- IR thinkers
- News
- View from Kijang
- World News Commentaries
Dosen HI BINUS Menjadi Narasumber Wawancara Kompas terkait Peran Drone untuk Pertahanan
Pada Minggu, 14 April 2024, dosen Hubungan Internasional BINUS, Tangguh Chairil, menjadi narasumber dalam wawancara yang dilakukan oleh Kompas mengenai peran drone dalam pertahanan Indonesia.
Dalam wawancara tersebut, Tangguh menyoroti pentingnya komitmen pemerintah dalam memperkuat sistem pertahanan nasional berbasis teknologi pesawat nirawak.
Menurutnya, TNI Angkatan Udara (TNI AU) saat ini memiliki dua skuadron pesawat nirawak yang beroperasi di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Natuna, Kepulauan Riau.
Selain itu, pemerintah berencana menambah dua skuadron baru di Tarakan, Kalimantan Utara, serta Malang, Jawa Timur.
“Indonesia memang serius menempatkan drone dalam sistem pertahanan. Namun, komitmen pemerintah tetap dibutuhkan. Misalnya, proyek Elang Hitam yang awalnya untuk kebutuhan pertahanan kini dialihkan menjadi untuk kebutuhan sipil,” jelas Tangguh.

Pengembangan Drone Elang Hitam
Elang Hitam merupakan pesawat nirawak tipe medium altitude long endurance (MALE) yang dirancang oleh konsorsium Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Pertahanan, TNI AU, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Len Industri.
Namun, pada September 2022, BRIN secara resmi mengalihkan proyek drone kombatan Elang Hitam dari platform militer ke versi sipil.
Menurut Tangguh, keseriusan pemerintah dapat dibuktikan melalui kepastian anggaran riset, pengembangan, dan pengadaan drone pertahanan.
Selain itu, dukungan terhadap industri pertahanan dalam negeri juga perlu diperkuat agar Indonesia tidak bergantung pada impor alutsista.
“Pemerintah harus berkomitmen meningkatkan jumlah skuadron drone sesuai kebutuhan strategis nasional,” tambahnya.
Sejauh ini, lanjut Tangguh, drone tempur yang dimiliki Indonesia adalah CH-4B buatan China, drone intai Wulung produksi PT Dirgantara Indonesia, dan drone buatan Israel. Indonesia juga tengah memesan 12 unit pesawat nirawak Anka dari Turki.
Jenis Drone yang Dimiliki Indonesia
Hingga saat ini, Indonesia telah mengoperasikan beberapa jenis drone, antara lain:
-
CH-4B buatan China, yang digunakan sebagai drone tempur.
-
Drone intai Wulung hasil produksi PT Dirgantara Indonesia.
-
Drone buatan Israel yang digunakan untuk pengawasan udara.
Selain itu, Indonesia juga tengah memesan 12 unit drone Anka dari Turki, sebagai bagian dari upaya modernisasi pertahanan udara nasional.
Langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengintegrasikan teknologi tanpa awak ke dalam sistem pertahanan yang lebih adaptif dan modern.
Komitmen Pemerintah dan Peran Akademisi
Tangguh menekankan bahwa penguatan pertahanan nasional tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kebijakan, komitmen politik, dan sinergi antar lembaga.
Menurutnya, pemerintah perlu memastikan bahwa proyek-proyek strategis seperti pengembangan drone tidak berhenti di tahap penelitian, tetapi berlanjut hingga tahap produksi dan operasional.
Sebagai akademisi, dosen Hubungan Internasional BINUS turut berkontribusi dalam memberikan analisis dan rekomendasi kebijakan yang mendukung ketahanan nasional berbasis teknologi.
Kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah menjadi kunci untuk menciptakan kemandirian pertahanan Indonesia di masa depan.
Wawancara ini dapat dilihat di https://www.kompas.id/baca/polhuk/2024/04/14/peran-drone-kian-strategis-untuk-pertahanan-nasional dan https://www.kompas.id/baca/english/2024/04/14/en-peran-drone-kian-strategis-untuk-pertahanan-nasional.
Comments :