Program enrichment track internship merupakan wadah mahasiswa dapat mengeksplor passion mereka dengan maksimal untuk mempersiapkan masa depan, salah satu mahasiswa BINUS University yang menjalani magang yaitu Muhammad Safri di Majalah Sunday sebagai konten kreator. Bertanggung jawab dalam penulisan dalam konten yang menarik untuk audiens. Bagi Safri, menulis bukan sekadar merangkai kata, menulis adalah proses belajar memahami audiens, menyampaikan pesan dengan tanggung jawab, dan tumbuh secara profesional.

Kesempatan magang sebagai Content Writer di Majalah Sunday datang dari jalur yang tidak terduga.

Awalnya saya direkomendasikan oleh kakak sepupu, katanya, tempat magangnya fleksibel tapi tetap mendorong kita untuk berkembang,” cerita Safri.

Bagi Safri, ini menjadi peluang emas untuk mengeksplorasi dunia media dan menulis secara profesional.

Dalam perjalanannya, Safri tidak memilih langsung topik yang akan ia tulis. Penugasan ditentukan oleh supervisornya, dan kebetulan ia ditempatkan untuk menulis konten bertema misteri dan edukasi seksual. Meski awalnya bukan pilihan sendiri, Safri tetap menjalani tugasnya dengan antusias karena ia memang menyukai proses menulis konten yang dapat menarik minat pembaca. Baginya, tantangan menulis terletak pada bagaimana membuat sesuatu yang informatif sekaligus menarik dan relevan untuk audiens.

Tantangan terbesar yang ia hadapi selama magang adalah mencari ide-ide segar untuk beberapa minggu kedepan. Untuk mengatasi hal ini, Safri banyak melakukan riset di media sosial, mencari tren, serta membaca berbagai referensi untuk memastikan tulisannya tetap kontekstual dan menarik. Proses riset yang mendalam menjadi bagian penting dalam menyiapkan konten yang bukan hanya menarik, tapi juga bermakna.

Sepanjang magangnya, Safri merasa keterampilan menulisnya berkembang pesat. Ia mulai memahami bahwa menulis untuk media tidak sekadar merangkai kata, melainkan juga mematuhi gaya bahasa, memahami audiens, dan memenuhi tenggat waktu. Ia belajar tentang konsistensi, kedisiplinan, serta pentingnya tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan secara rutin. Pengalaman ini tidak hanya membentuk dirinya sebagai penulis, tapi juga menguatkan profesionalitasnya dalam berbagai aspek kehidupan.

Pengalaman menulis topik-topik sensitif seperti misteri dan edukasi seksual mengubah cara pandangnya terhadap dunia penulisan dan media. Ia menyadari bahwa menulis bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang menyampaikan dengan empati. Safri belajar untuk tidak membawa asumsi pribadi dalam tulisannya, dan lebih fokus pada penyampaian informasi yang netral, valid, serta inklusif. Ia memahami bahwa konten yang baik harus mampu mengedukasi tanpa menghakimi, terutama untuk isu-isu penting seperti seksualitas dan kesehatan mental.

Reaksi dari lingkungan kampus maupun teman-temannya juga cukup positif. Safri mengatakan bahwa sejauh ini mereka mendukung dan memahami tujuannya dalam menulis isu-isu yang dianggap sensitif. Ia percaya bahwa edukasi terhadap hal-hal yang selama ini dianggap tabu justru penting agar tidak disalah artikan oleh masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat, informasi yang sensitif bisa disampaikan secara bijak dan bermanfaat.

Dari pengalaman magangnya, Safri belajar banyak hal baik secara profesional maupun personal. Ia memahami pentingnya bekerja sesuai brief, menjaga gaya penulisan brand, serta bersikap terbuka terhadap revisi dan topik yang tidak familiar. Di sisi lain, ia juga lebih empatik dan berhati-hati dalam menulis, menyadari bahwa setiap kata punya dampak terhadap pembaca.

Untuk mahasiswa BINUS lainnya yang ingin mencoba magang di dunia media, Safri berpesan agar tidak takut memulai dari yang kecil dan jangan memilih-milih topik. Ia menekankan bahwa magang bukan sekadar mencari sensasi atau menulis sesuatu yang viral, melainkan soal membentuk kepekaan terhadap audiens, membangun disiplin, dan belajar menyampaikan pesan secara efektif. Menurutnya, dari tantangan-tantangan itulah seseorang akan berkembang menjadi penulis yang lebih baik.

Penulis: Louis Fernando Then