Pengalaman belajar selama kuliah dapat menjadi modal awal untuk mempersiapkan masa depan melalui program Enrichment, salah satunya melalui track Internship. Sukma Sangadji, mahasiswa Hubungan Internasional BINUS University, menjalani program magang di Kementerian Luar Negeri, tepatnya di Direktorat Hukum dan Perjanjian Internasional (HPI). Di sana, ia bertanggung jawab atas sejumlah tugas, terutama di bidang riset hukum. Mekanisme kerja di Ditjen HPI sangat berfokus pada aspek hukum, sehingga cukup berbeda dengan materi yang selama ini ia pelajari di perkuliahan.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Sukma membiasakan diri dengan strategi kerja yang sistematis. Sebelum mengerjakan tugas, ia akan terlebih dahulu menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada mentor. Setelah itu, ia berdiskusi dengan partner magang untuk membagi tanggung jawab, lalu kembali melakukan konfirmasi kepada mentor untuk memastikan arah kerja yang sesuai dan tenggat waktu yang jelas. Dalam proses ini, Sukma dan partner juga secara rutin melakukan cross-check terhadap hasil kerja mereka dengan meminta masukan dari mentor, agar dapat mengetahui apakah perlu dilakukan revisi atau tidak.

Salah satu tantangan yang cukup sering dihadapi Sukma adalah saat ditugaskan menjadi notulen rapat. Ia diminta mencatat secara verbatim, sementara pembicara sering berbicara dengan cepat. Dari situ, Sukma belajar untuk mengatur skala prioritas dan memanfaatkan berbagai cara agar tidak tertinggal, seperti merekam rapat, menggunakan fitur caption otomatis jika tersedia, atau mengambil tangkapan layar saat presentasi berlangsung. Setelah rapat selesai, ia akan melengkapi dan merapikan catatan sebelum diserahkan kepada mentor.

Dinamika kerja di Direktorat HPI tergolong sistematis dan terorganisir, dengan pembagian bidang yang sangat spesifik, seperti investasi dan perdagangan, keuangan, serta sumber daya alam dan lingkungan hidup. Selama menjalani program magang, Sukma mengemban tanggung jawab yang sesuai dengan perannya, dengan tetap mendapatkan pengalaman yang berharga. Ia mendapatkan mentorship yang luar biasa baik dari staf tetap maupun direktur, serta mendapatkan pembelajaran memahami proses penyusunan perjanjian internasional dan melihat dinamika hubungan antarnegara dari sudut pandang hukum secara lebih komprehensif.

Dari seluruh pengalaman tersebut, pelajaran paling berharga bagi Sukma adalah bahwa keluar dari zona nyaman dan mempelajari hal-hal baru ternyata tidak sekompleks yang ia bayangkan. Di hari pertama magang, ia sempat merasa tidak yakin bisa mengikuti ritme kerja yang berbasis hukum. Namun, berkat dukungan partner magang, mentor, dan direktur, persepsi itu berubah. Sukma menyadari bahwa dengan keberanian untuk mencoba dan kemauan untuk belajar, ia justru memperoleh banyak pengalaman dan ilmu baru yang tidak didapatkan di bangku kuliah.

Pengalaman magang Sukma menjadi bukti bahwa proses belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga melalui keterlibatan langsung di dunia kerja. Dengan semangat untuk terus berkembang, ia berhasil mengubah tantangan menjadi peluang pembelajaran yang memperkaya wawasan dan kesiapan kariernya di masa depan.

Penulis: Louis Fernando Then