Rexlie Tan (HI B27), seorang mahasiswa Hubungan Internasional, berhasil memperluas cakrawala pengetahuan dan relasi di luar negeri dengan berpartisipasi sebagai delegasi dalam program International Week (IW) Tokyo 2025. Motivasi utama Rexlie bergabung dalam program ini didorong oleh rasa penasaran yang besar untuk memperluas pengetahuan dan sudut pandang, serta membangun relasi yang baik melalui perjumpaan dan perbincangan dengan orang baru di lingkungan internasional.

Misi Budaya Melalui Kuliner Khas Indonesia

Selama International Week di Tokyo, Rexlie mengambil peran aktif dalam memperkenalkan budaya Indonesia, salah satunya melalui kegiatan Cooking Day. Dalam acara tersebut, para delegasi diminta memasak masakan khas negara masing-masing, kemudian mempresentasikan dan menjelaskan hidangan yang mereka buat.

Rexlie memilih untuk memasak Nasi Goreng. Bersama delegasi Indonesia lainnya yang kebetulan diterima melalui IW Holland yang memasak Soto, mereka berdua menjelaskan detail masakan tersebut kepada seluruh panitia dan delegasi internasional lainnya. Momen ini menjadi kesempatan unik untuk pertukaran budaya secara langsung melalui cita rasa kuliner, menunjukkan betapa kuatnya soft diplomacy melalui makanan.

Kunci Interaksi: Toleransi dan Perspektif Luas

Bagi Rexlie, pelajaran paling penting yang didapatkan dari interaksi antarbudaya adalah kemampuan untuk melihat sudut pandang orang lain dalam menanggapi suatu isu. Ia menemukan bahwa ikatan budaya yang kuat terbentuk dari pengalaman hidup para delegasi di dalam sistem atau budaya mereka sendiri. Hal-hal mendasar seperti inilah yang membuatnya lebih paham dan aware mengenai perbedaan budaya, sekaligus meningkatkan rasa toleransi dan pengetahuannya terhadap budaya lain.

Dalam mengelola interaksi, Rexlie mencoba untuk berkenalan dan berbincang dengan semua orang di acara tersebut. Dari obrolan santai mengenai cuaca, makanan, hingga tempat berlibur, topik budaya pun muncul secara alami. Rexlie mengakui bahwa ia menghadapi beberapa budaya yang bertentangan dengan kebiasaan di Indonesia, namun ia mengelola hal tersebut dengan mencari tahu lebih dalam dan berusaha memahami latar belakang budaya mereka. Pendekatan ini sangat penting demi menghindari sentimen atau praduga negatif yang didasari asumsi pribadi.

Pertukaran Budaya sebagai Instrumen Diplomasi Terkuat

Melalui kegiatan ini, Rexlie merasakan bahwa pemahaman antarbudaya membuka perspektif dalam melihat dunia menjadi lebih luas. Ia merasa semakin menghargai budaya lain. Baginya, pertukaran budaya adalah salah satu instrumen terkuat dalam diplomasi, karena proses membangun pemahaman dan toleransi terjadi secara alami melalui perbincangan santai, tanpa disadari.

Adapun proses seleksi, Rexlie harus menyerahkan CV dan mengisi formulir yang disediakan, serta membuat video kreatif yang menceritakan pengalaman pribadinya yang paling lucu. Mengetahui jumlah pendaftar yang banyak memotivasi Rexlie untuk membuat video tersebut semenarik mungkin agar menarik perhatian panitia.

Pesan Kunci: Jangan Ragu Ambil Risiko

Sebagai penutup, Rexlie Tan berpesan kepada Binusian lain bahwa yang paling penting adalah rasa keinginan yang besar yang dilengkapi dengan motivasi untuk mencapai hal-hal yang diimpikan. Dirinya yakin teman-teman lain juga bisa mendapatkan kesempatan emas seperti yang telah ia dapatkan.

Rexlie berpesan: “Jangan pernah ragu untuk mencoba dan mengambil resiko karena justru hal itulah yang mendorong kita untuk terus berkembang menjadi lebih baik!”

Ditulis Oleh Alfa Qaaf