Hubungan Internasional dan Kaitannya dengan Teknologi
Dunia Hubungan Internasional sebagai bagian dari ilmu sosial-politik tentu tidak lepas dari perkembangan masyarakat itu sendiri. Sejak zaman purba, kemajuan besar masyarakat tidak dapat dielakkan dari bagaimana teknologi memainkan peranan penting dalam keseharian. Teknologi sederhana, misalnya api, digunakan untuk memasak makanan agar lebih layak. Teknologi berupa roda membuat transportasi jauh lebih mudah. Teknologi berupa senjata primitif (tombak, pentungan, kapak perimbas, panah, dan lain-lain) membantu manusia survive. Kemudian teknologi sederhana ini berkembang menjadi teknologi yang semakin maju sehingga kita mengenal alat pintal mekanis modern, alat cetak, senjata api, listrik, pesawat terbang, nuklir, pesawat ulang-alik, telepon, hingga internet.
Teknologi, sebagai hasil pengejawantahan akal budi manusia, kemudian dalam berbagai macam perspektif menjadi suatu “kuasa” (power) bagi spesies manusia yang mencerminkan perbedaan manusia dengan spesies lain. Teknologi sebagai suatu kuasa menjadikan manusia mampu melampaui keterbatasan fisik dan material sehingga menjadi suatu cara berada (mode of existence) yang normal, terutama bagi manusia modern.
Teknologi sendiri merupakan kata bentukan dari dua kata Yunani kuno “technê” dan “logos”. “Technê” umumnya diartikan sebagai “seni”, “kerajinan”, “teknik”, “keterampilan”, atau mengenai bagaimana sesuatu itu dibuat atau dijadikan, yang identik dengan kemampuan “para tukang” (dalam arti luas, bukan sekadar “kuli”). Sedangkan “logos” umumnya diartikan sebagai “kata-kata”, “bahasa”, “tata bahasa”, “ujaran”, “ekspresi”, “diskursus”, dan sejenisnya, yang kemudian disepakati sebagai “studi”. Dengan demikian “tekhnologia” secara sederhana dapat diartikan sebagai “suatu diskursus atau studi mengenai bagaimana hal-hal itu dibuat atau dijadikan” (Ken Funk, 1999).
Dalam Protagoras, Plato (filsuf Yunani kuno) menempatkan “technê” sebagai suatu momen yang penting untuk menandai kapasitas teknis dan teknologis manusia, meskipun dalam Politeia Plato menganggap derajat “technê” di bawah “episteme” atau pengetahuan abstrak-teoritis yang dinilai menjadi kemampuan ultim bagi manusia. (Ian James, 2021) Pada zaman modern, istilah “technology” mendapatkan penyempitan makna menjadi suatu “aplikasi pengetahuan ilmiah kepada tujuan-tujuan praktis kehidupan manusia atau upaya mengubah dan memanipulasi lingkungan manusia” agar memudahkan kehidupan sehari-harinya (Eric Gregersen, 2020).
Dunia Hubungan Internasional juga terimbas secara langsung oleh kemajuan ini. Revolusi Industri abad-12 (Revolusi Industri 1.0) menandai bagaimana kemajuan teknologi menjadi penentu yang kemudian mendapat status sebagai sesuatu yang “revolusioner”. Contoh sederhana, penemuan kompas dan mesiu (senjata api) kemudian mendorong adanya era penjelajahan samudera (Era of Expedition) di abad-11 oleh bangsa-bangsa Eropa. Hal ini berpengaruh terhadap bagaimana suatu “negara” (atau setidaknya “bangsa”, karena “negara” adalah penemuan era “modern”) saling berkompetisi mendapatkan koloni sebanyak-banyaknya untuk menunjukkan kekuasaan mereka terhadap bangsa-bangsa lain. Sisanya adalah sejarah: perang 30 tahun di Eropa, kolonialisme, Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Dingin, dan Industri 4.0.
Hubungan antara teknologi dan kuasa (di level bangsa/negara) terindikasi dari bagaimana teknologi, misalnya, mengubah wajah peperangan. Peperangan yang semula menggunakan alat-alat mekanis seperti pedang, tombak, panah, perisai, kuda, dan sebagainya, perlahan beralih ke perang dengan senjata yang lebih rumit, misalnya senjata api otomatis, meriam, tank, pesawat tempur, kapal perang, dan pada puncaknya, nuklir.
Namun perang juga tidak hanya tentang destruksi melalui teknologi mekanis, melainkan juga informasi. Perang Dunia II identik dengan mata-mata dan propaganda yang menandai bagaimana informasi memainkan peranan vital dalam perang. Hal ini berlanjut ke Perang Dingin hingga kini, ketika informasi menjadi lebih dan lebih vital lagi. Dalam studi keamanan modern, keamanan siber menjadi prioritas, setelah perang terbuka menjadi hampir sulit dilakukan tanpa melibatkan campur tangan sistem internasional yang kini dikelola bukan lagi sekadar dengan logika kuasa militer, namun juga finansial dan moneter.
______________________________________________
Artikel ini merupakan artikel pertama untuk seri artikel mengenai Hubungan Internasional dan Teknologi, terutama dalam kaitannya dengan transformasi digital. Melalui seri artikel ini, kita dapat melihat secara historis maupun kontekstual kaitan antara disiplin ilmu Hubungan Internasional, praktik hubungan internasional, serta bagaimana Jurusan Hubungan Internasional Binus merespon tantangan ini.
Baca dalam versi Bahasa Inggris di sini.
Referensi Pustaka:
Eric Gregersen. (2020, May 29). Technology. Retrieved from Britannica: https://www.britannica.com/technology/technology
Ian James. (2021). Tekhne. Retrieved from oxfordre.com: https://oxfordre.com/literature/view/10.1093/acrefore/9780190201098.001.0001/acrefore-9780190201098-e-121
Ken Funk. (1999, September 1). Technology. Retrieved from Technology and Christian ‘Values’: https://web.engr.oregonstate.edu/~funkk/Technology/technology.html
Referensi Gambar:
Adobe Stock https://stock.adobe.com/search?k=mobile+technology+cartoon&asset_id=222541612
PNG Item https://www.pngitem.com/middle/ihioRbx_circle-vector-tech-4th-industrial-revolution-logo-hd/
Vecteezy https://www.vecteezy.com/vector-art/164430-philosopher-socrates-vector
VectorStock https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/cartoon-stone-age-tools-vector-21102130