Wakil Menteri Agama RI: “Agama Laksana Nuklir”
Jakarta- Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara kembali menyelenggarakan Seminar Internasional yang bertema “International Seminar on Diplomacy and Middle East Study bersamaan dengan The 12th IR Lecture Series berjudul Moderating Islam: Efforts to Prevent Religious Radicalism” yang diselenggarakan di Kampus Universitas Bina Nusantara, Joseph Wibowo Center, Senayan pada 3/10/2014. Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Menteri Agama, Prof. Dr. Nasaruddin Umar yang juga memberikan keynote speech sebagai pengantar. Hadir sebagai pembicara adalah dua Professor dari Yaman yaitu Prof. Zaid Abdullah Husein (Darul Mustafa University) dan Prof. Muhammed Abdulqader (Al-Ahqof University) dan satu pembicara dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Dr. Wawan H. Purwanto.
Acara tersebut dibuka oleh Wakil Rektor Dr. Boto Simatupang dan dilanjutkan oleh Keynote Speech oleh Prof. Nasaruddin Umar. Dalam sambutannya, Prof Nasaruddin Umar menyatakan keprihatinannya bahwa terorisme atau kelompok teroris di Indonesia selalu dikaitkan dengan Islam. Jadi sebenarnya istilah ‘Jihad’ yang selama ini didengang-dengungkan oleh banyak pihak mengalami misinterpretasi. Tidak hanya Islam, agama-agama manapun di dunia juga bisa memiliki kecenderungan untuk menjadi radikal.
Prof. Nasaruddin berkata, “Agama itu seperti nuklir. Energi nuklir bisa membantu kehidupan manusia yang seperti aspek centripetal, tapi bisa juga menghancurkan kehidupan manusia atau seperti aspek centrifugal.” Selain itu, Prof. Umar juga menyatakan bahwa sebagian besar konflik internasional dipengaruhi oleh faktor agama. Sehingga penting bagi ahli hubungan internasional untuk juga menempatkan faktor agama dalam membahas masalah-masalah internasional.
Kedua Professor dari Yaman tersebut menghimbau civitas akademika untuk selalu kritis pada pemberitaan dan propaganda yang mengidentikan kekerasan pada salah satu agama tertentu. Namun di sisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa banyak gerakan mengatasnamakan agama tertentu untuk mendapatkan tujuan politik bahkan mengamankan kepentingan bisnis. Sebagai pembicara terakhir Dr. Wawan H. Purwanto menyampaikan uraian yang menarik mengenai penanggulangan terorisme di Indonesia. Terorisme harus ditangani dengan cara-cara yang non-koersif dengan upaya deradikalisasi. Upaya deradikalisasi dilakukan dengan upaya pembinaan dan pendidikan.
Pada akhirnya semua pembicara mengapresiasi Universitas Bina Nusantara sebagai kampus yang menjunjung pluralitas dan diversitas dalam proses belajar mengajar sesuai dengan salah satu Binus Values yaitu “Embracing Diversity”.
“Komitmen kami menjadi yang terdepan dalam upaya membina generasi muda untuk menjadi garda terdepan untuk membangun dan membina negara Indonesia di masa depan, sesuai dengan namanya yaitu Bina Nusantara.” tambah kepala Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, Tirta Mursitama, Ph.D