Kelas Mandarin yang Pertama

Oleh: Nova Joanita

 

Selasa, 10 September 2013 lalu merupakan kelas mandarin pertama bagi saya (penulis) dan teman-teman (Cherry, Berdi, Winston, Kathleen, Miranti dan Sandy) serta menjadi kelas yang paling berkesan bagi saya. Ada beberapa peristiwa menarik yang terjadi dalam periode dua jam kelas tersebut, yaitu meliputi kesalahan memasuki ruang kelas, pertemuan dengan teman sekelas yang hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa mandarin, hingga kejadian di mana dosen mandarin yang terkejut ketika menyadari bahwa terdapat tujuh murid baru yang berasal dari Indonesia di kelasnya.

Kegiatan pada hari itu berawal sekitar pukul delapan pagi, dimulai dengan perjalanan kami dari asrama menuju kampus, tepatnya menuju bangunan international business/bangunan nomor 18. Apabila dilihat dari jadwal kuliah yang kami dapatkan, kami harus mengikuti kelas mandarin di kelas 18-0104 dan oleh sebab itu kami pun memasuki kelas tersebut, tetapi yang terjadi ialah ketika saya bertanya kepada salah seorang mahasiswa di kelas tersebut, ia mengatakan bahwa kami memasuki kelas yang salah. Membayangkan hari pertama kuliah yang akan terlambat karena salah masuk kelas membuat kami bertujuh merasa tegang dan gugup. Akan tetapi, keberuntungan sedang berada dipihak kami, diperjalanan menuju international affairs office (kami bermaksud bertanya pada karyawan yang ada di IAO pada saat itu), kami bertemu dengan salah satu buddy kami Jin yang pada akhirnya membantu kami untuk menemukan kelas mandarin yang benar, di mana ternyata kelas kami hanya bersebelahan dengan kelas sebelumnya, yaitu kelas 18-0103.

Kejadian menarik hari itu ternyata tidak hanya sebatas kesalahan kami dalam memasuki ke kelas, melainkan kami juga masih harus mengahadapi teman baru yang sangat minim dalam berbahasa inggris. Ketika menemukan kelas kami, kami mulai mencari tempat duduk dan segera berlomba-lomba berkenalan dengan teman sekelas kami, tetapi yang terjadi ialah miskomunikasi, di mana mereka tidak mengerti perkataan kami dan demikian juga kami sehingga kami harus menggunakan bahasa tubuh yang berakhir dengan tertawa bersama. Meskipun demikian, pada akhirnya kami menemukan dua teman baru yang dengan sukarela berbaik hati untuk bersabar berkomunikasi dengan kami.

Selanjutnya, peristiwa yang paling berkesan pada hari itu ialah ketika kami melihat ekspresi dosen mandarin kami yang terkejut ketika mengetahui bahwa ialah memiliki tujuh international students. Setelah memasuki kelas dan berbicara dengan beberapa teman, kami pun mulai mengikuti pelajaran karena pada saat itu dosen kami juga sudah datang. Ketika memasuki kelas sang dosen mulai memperkenalkan diri dan menceritakan segala bentuk peraturan yang harus kami taati, tentunya dalam bahasa mandarin. Pada saat itu kami hanya bisa mengangguk seolah-olah mengerti apa yang dia bicarakan, padahal pada kenyataannya kami berusaha berpikir keras tentang bagaimana caranya untuk bertanya dengan teman yang duduk di samping kami. Dan ternyata, hal itu tidak pernah terealisasikan karena sang dosen yang sejak masuk kelas tidak pernah berhenti bicara hingga dua jam kemudian. Ketika berniat untuk melakukan absen secara manual, barulah ia menyadari bahwa saya bukanlah muridnya sejak tahun pertama dan ketika saya menjawab bahwa saya ialah mahasiswa exchange bersama enam teman saya, sang dosen pun terkejut dan tertawa untuk meminta maaf karena sepanjang hari dirinya menggunakan bahasa mandarin.

Demikianlah perjalanan kami untuk kelas mandarin hari itu, semuanya diawali dengan kesalahan memasuki kelas, mencari teman baru meskipun kesulitan berkomunikasi dengan mereka serta mengejutkan dosen pada akhir jam pelajaran dengan berita bahwa kami adalah international student.