Peluang Pendidikan dan Networking di Australia

Winston foto bersama dengan Dubes Australia Paul Grigson

Pada 17 Maret 2016, Winston, seorang mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, menjadi salah satu perwakilan Binus dalam event Australian Education Opportunities yang diadakan di Ambassador’s Residence di Jakarta Pusat. Dalam acara yang turut mengundang perwakilan lembaga pendidikan lainnya tersebut, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson menyampaikan presentasinya tentang peluang pendidikan dan networking di Australia. Menurut Dubes Grigson, pendidikan adalah bagian integral dari kemakmuran Indonesia dan Australia, yang dapat membentuk masa depan kedua negara ini. Ia mengutip website pemerintah Australia: “Australia is a leading global powerhouse with some of the world’s best facilities and educators providing local and international students with a range of quality study options.” Warga Indonesia juga menjadikan Australia salah satu tujuan utama pendidikan tinggi mereka.

Pada 2015, tercatat 19.300 mahasiswa Indonesia terlibat dalam berbagai lembaga pendidikan di seluruh Australia. Menurut UNESCO, 24% dari 39.098 warga Indonesia yang menuntut pendidikan di luar negeri memilih studi di Australia. Jumlah mahasiswa Indonesia di Australia juga telah meningkat 12,9% pada dua bulan terakhir, menjadikan negara kita berada di antara 10 besar negara asal mahasiswa internasional di Australia.

Dalam diskusi tersebut, beberapa mahasiswa Indonesia menyatakan bahwa kedekatan geografis menjadi daya tarik bagi para mahasiswa asal Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di Australia. Mereka merasa Australia adalah satu-satunya negara Barat yang dekat dengan Indonesia. Terdapat juga banyak daya tarik bagi warga Indonesia di sana, seperti gaya hidup, kota yang layak huni, dan sebagainya. Selain pendidikan, mereka menyatakan ingin mengejar passion dan peluang lainnya di negeri kanguru tersebut, misalnya bekerja di sana.

Dubes Grigson juga menyangkal berbagai mitos tentang pendidikan di Australia. Pertama, bahwa banyak universitas top di Australia berbiaya mahal. Dubes Grigson mengutip website Quacquarelli Symonds (QS), data Februari 2016 menunjukkan bahwa biaya universitas di Australia kurang dari setengah biaya universitas di Amerika. Kedua, bahwa biaya hidup di Australia sangat tinggi. Padahal, biaya hidup di kota-kota termahal di Australia tidak tercatat dalam 20 kota termahal di seluruh dunia menurut The Economist Worldwide Cost of Living Survey 2016. Kota-kota termahal seperti Sydney, Melbourne, Brisbane, Adelaide, dan Pert berperingkat 20, 21, 49, 53, dan 56 secara berurutan.