Ketua Jurusan HI Binus: Ikut Jalur Sutera Modern Tiongkok, Keinginan Indonesia Belum Jelas

Bersama 29 kepala negara dan pemerintahan, Presiden Joko Widodo mengikuti Belt and Road Initiative atau jalur sutera modern yang digagas Cina di Beijing, 14 Mei 2017. Akan tetapi, Ketua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, Prof. Tirta Mursitama, menilai keinginan Indonesia di forum itu belum terlalu jelas.

Dalam wawancara dengan BBC Indonesia, Prof. Tirta menyampaikan, “Perebutan pengaruh sedang terjadi, tapi tidak dalam arti frontal. Kekuatan Tiongkok meningkat luar biasa. Tiongkok menawarkan alternatif untuk menghubungkan negara dengan dalih itu adalah kerja sama yang menguntungkan semua pihak, walau keuntungan lebih besar ada pada Tiongkok.”

Meski terbuka untuk bekerja sama dalam konteks jalur sutera modern, belum ada keinginan konkret Indonesia dalam inisiatif yang digagas Tiongkok tersebut. Prof. Tirta mengatakan Indonesia bisa saja menawarkan kepada Tiongkok sejumla proyek infrastruktur, seperti pembangunan pelabuhan. “Keinginan Indonesia belum terlalu jelas. Apakah pembangunan pelabuhan-pelabuhan? Indonesia harus aktif bernegosiasi.”

Negosiasi, menurut Prof. Tirta, amat krusial lantaran Tiongkok pasti menginginkan keuntungan besar dalam konteks bisnis maupun politik. “Saya berpandangan win-win solution bukan selalu dalam konteks 50-50. Tiongkok punya kekuatan ekonomi, militer, geopolitik. Kita mungkin mendapatkan sesuatu, tapi tidak dengan harga yang murah. Pasti mereka minta trade-off (timbal balik). Masalahnya, seberapa besar yang kita bisa tawarkan?” kata Tirta.

Wawancara Prof. Tirta oleh BBC Indonesia dapat dilihat pada tautan berikut:

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39912583