Kuliah Tamu dari Duta Besar Iran: ‘Iran at the Glance: Politic, Economy and Culture’

Pada hari Selasa, 13 Maret 2018, Universitas Bina Nusantara Jakarta Prodi Hubungan Internasional mengadakan kuliah tamu bertema  “Iran at the Glance: Politic, Economy and Culture”. Hadir pada kesempatan tersebut Duta Besar Iran untuk Indonesia, H.E. Valiollah Mohammadi. H.E. Valiollah didampingi Sekretaris Duta Besar, Behrouz Nikpour, Konselor Budaya, Mahdi Abolghasemi, Staff Kedutaan, Amir Rustamdouht dan Imam Ghazali. Pihak Universitas Bina Nusantara menyambut baik Duta Besar beserta staf yang diterima oleh Prof. Dr. Tirta  Mursitama Ph.D, Kepala Eksekutif Binus Internasional, Firdaus Alamsyah, Ph.D, Direktur Binus Global, Karen Peyronim Imam serta dosen-dosen dari Universitas Bina Nusantara.

            Pidato pembuka disampaikan oleh Ketua Prodi Hubungan Internasional Prof. Dr. Tirta Nugraha Mursitama, PhD, dilanjutkan kuliah tamu oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia. Pada kesempatan itu, H.E. Valiollah Mohammadi menyampaikan latar belakang mengenai kondisi Iran saat ini, termasuk hambatan yang dialami. Salah satu masalah utama yang dihadapi Iran adalah salah pandang media massa terhadap Iran. Banyak media massa yang memberitakan bahwa Iran adalah negara pendukung kelompok terorisme dengan adanya fakta pengembangan teknologi senjata nuklir. Sebagai salah satu negara Islam terbesar di Asia, Iran pun turut menerapkan ajaran untuk menjaga perdamaian, maka aksi terorisme adalah hal yang dilarang. Menurut H.E. Valiollah Mohammadi, Iran selalu berusaha untuk menjaga perdamaian. Iran membantah  bahwa pengayaan nuklir milik mereka untuk senjata. Nuklir yang dimiliki Iran adalah untuk kesejahteraan masyarakat Iran yang berkaitan dengan kesehatan dan energi.

            Iran memiliki banyak hal positif yang kurang disoroti selama ini, seperti bioteknologi yang dikembangkan Iran mendapat peringkat kedua dunia setelah Jerman. Selain itu, Iran juga memiliki kekayaan alam yang memadai untuk meningkatkan perekonomian sehingga sangat memungkinkan melakukan kerja sama dengan pihak lain. Namun, sebagian besar media hanya melihat daerah Timur Tengah sebagai pusat kegiatan terorisme.

Seminar kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Mahasiswa tampak antusias pada sesi ini. Beberapa pertanyaan sangat kritis berkaitan dengan kebijakan luar negeri Iran di Timur Tengah termasuk di Suriah, Yaman dan Palestina melalui Hizbullah. Iran membantah bahwa negaranya terlibat dalam konflik di beberapa negara tersebut. Keterlibatan Iran lebih pada untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah. Sebagai contoh, di Yaman, Iran mencoba memahami masyarakat Yaman yang mayoritas Syiah untuk menjalankan demokrasi.

Maria Wuri Kurnia

2001603224