Indonesia–Singapura Perlu Mempererat Hubungan Bilateral: Wakil Sekretaris Kementerian Pertahanan Singapura dalam Kuliah di Lembaga Ketahanan Nasional Indonesia

Jakarta – Pada Selasa, 23 Juli 2019, dosen dan mahasiswa Departemen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara menghadiri kuliah oleh Wakil Sekretaris Kementerian Pertahanan Singapura Bidang Kebijakan, Mr Teo Eng Dih, di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia, bertajuk “Ties that Bind – Bilateral Relations Between Indonesia and Singapore”.

Kuliah dibuka dengan kata sambutan oleh Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas Mayjen TNI Karsiyanto. Kemudian, moderator mempersilakan Mr Teo menyampaikan kuliahnya. Mr Teo mengawali kuliahnya dengan membahas sejarah hubungan bilateral Indonesia–Singapura, yang terjalin sejak 1967.

Kedua negara, bersama dengan Malaysia, Filipina, dan Thailand, mendirikan Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun yang sama. Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Lee Kuan Yew membangun hubungan antarpribadi yang mendukung berkembangnya hubungan bilateral antarnegara yang dekat dan ramah selama tiga dekade berikutnya.

Indonesia dan Singapura mengembangkan kerja sama yang kuat dalam bidang pertahanan dan keamanan dan melakukan latihan bersama militer, sehingga meningkatkan rasa saling percaya. Kedua negara memiliki kepentingan bersama dalam upaya menempa ketahanan regional melalui ketahanan nasional masing-masing, untuk menghadapi berbagai tantangan yang timbul dari geopolitik global. Kerja sama ekonomi bilateral berkembang, khususnya dalam perdagangan dan investasi, ketika ekonomi Indonesia berkembang dan mengundang Singapura untuk berinvestasi di kawasan industri di Pulau Sumatra, khususnya Kepulauan Riau.

Pascapemerintahan Soeharto dan Lee, hubungan Indonesia–Singapura tetap kuat karena kedua negara terus menjalin hubungan untuk mempertahankan saling pengertian dan terus membangun kemitraan. Keduanya bekerja sama di banyak sektor, mulai dari perdagangan, komunikasi, pariwisata, pertukaran masyarakat dan budaya, hingga pertahanan dan keamanan, serta integrasi ASEAN.

Perkembangan hubungan bilateral paling positif terlihat pada sisi ekonomi, di mana kedua negara merupakan mitra dagang yang erat. Singapura juga secara konsisten menjadi negara asal investasi asing langsung (FDI) di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Kedua negara baru-baru ini meluncurkan pengembangan bersama sebuah kawasan industri di Semarang, Jawa Tengah, diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan PM Lee Hsien Loong.

Hubungan pertahanan dan keamanan tetap kuat, yang terlihat dari latihan bersama militer reguler, patroli maritim trilateral yang terkoordinasi di Selat Malaka untuk melawan pembajakan, dan kerja sama kontraterorisme transnasional. Singapura juga terlibat dalam bantuan kemanusiaan dan bencana di Aceh yang dilanda tsunami pada 2004, Yogyakarta pada 2006, dan dalam upaya pencarian dan penyelamatan pesawat AirAsia Penerbangan 8501 yang dinyatakan hilang pada 2014. Pemimpin kedua negara juga tetap berkomitmen pada hubungan baik.

Berdasarkan sejarah tersebut, Mr Teo mengusulkan penguatan hubungan bilateral Indonesia–Singapura pada empat bidang kerja sama, yaitu 1) hubungan antarwarga, 2) hubungan pertahanan, 3) kerja sama tingkat nasional, dan 4) kerja sama multilateral. Hubungan antarwarga dapat diperkuat melalui peningkatan pertukaran pemuda antara Indonesia dan Singapura. Hubungan pertahanan dapat diperkuat melalui peningkatan latihan, kunjungan, pertukaran profesional, dan kehadiran lintas kursus untuk meningkatkan saling pengertian dan persahabatan antara militer kedua negara.

Kerja sama tingkat nasional dapat diperkuat pada sektor infrastruktur, investasi, dan sumber daya manusia. Sementara itu, kerja sama multilateral dapat diperkuat melalui ASEAN, Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), Gerakan Non-Blok (NAM), dan forum-forum multilateral lainnya. Khususnya, di ASEAN, kedua negara baru saja menyepakati ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

Lemhannas adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan pendidikan pemimpin tingkat nasional, pengkajian strategis ketahanan nasional, dan pemantapan nilai-nilai kebangsaan. Didirikan pada 1965 dengan nama Lembaga Pertahanan Nasional, lembaga ini kini bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan dipimpin Gubernur Lemhannas yang sejajar dengan Menteri.

Mahasiswa Departemen HI Binus yang menghadiri kuliah Mr Teo di Lemhannas antara lain Alphius Roger Pandey, Djong Michelle, Felicia Michelle Elviera, Hidayah, Marcella Gracia, Novi Nurmalasari, Oktrifiyanti Gunadi Puteri, Rosalina Mathilda Olda, Rupananda, Talitha Xaviera Rana Wijaya, dan Tashya Noviana Uwen. Mereka ditemani dosen Departemen HI Binus, antara lain Ganesh Aji Wicaksono dan Tangguh Chairil.

Tangguh Chairil