“LGBTQ Human Rights in Indonesia and how Influential the Factors of Culture, Religion, and Tradition is” with the students representative from Korea University

Sabtu, 09 Februari 2020 – International Relations Department kedatangan representasi mahasiswa magister dari Korea University dengan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bersama para partisipan dari mahasiswa HI Binus University dan dihadiri oleh Ratu Ayu Asih Kusuma Putri selaku perwakilan dosen dari International Relations Department Binus University. Topik yang dibahas dalam FGD tersebut yaitu “LGBTQ Human Rights in Indonesia and how Influential the Factors of Culture, Religion, and Tradition is”. FGD ini diawali dengan presentasi dari Hyunjin Lee, seorang mahasiswi magister Korea University yang memaparkan fakta dan isu seputar situasi LGBTQ di Indonesia.

Berdasarkan pemaparan tersebut, terdapat fakta yang menarik tentang isu seputar LGBTQ secara global. Dari aspek pernikahan sesama jenis, wilayah di dunia yang termasuk kedalam praktik illegal diantaranya yaitu negara Asia Tenggara (Indonesia & Malaysia), sebagian besar negara Timur Tengah dan Afrika. Sementara itu, wilayah bagian dunia yang melegalkan pernikahan sesama jenis yaitu Benua Eropa, Benua Amerika dan beberapa negara di Asia Timur. Beralih menuju kepada aspek terhambatnya penyebaran LGBTQ secara global. Indonesia termasuk kedalam  negara yang sulit untuk dimasuki oleh LGBTQ diakibatkan oleh faktor morality laws yang bisa berasal dari pengaruh kebudayaan dan agama yang terimplementasi. Kemudian terdapat faktor peran organisasi-organisasi yang terjadi di dalam sebagian besar negara di Asia dan Afrika sehingga menyebatkan terhambatnya penyebaran LGBTQ.

Mrs. Hyunjin Lee, mengutip public statement dari menteri agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifudin dari tahun 2018 yang menyatakan bahwa:

“Although LGBT behavior is wrong, they should still be treated with empathy so that they will change their deviant ways”

Kemudian beliau juga mengutip public statement dari menteri pertahanan dari Republik Indonesia periode 2014 – 2019, Jenderal TNI Ryanizard Ryacudu pada tahun 2017 yang menyatakan bahwa:

“It’s very dangerous as we can’t see who our foes are, out of the blue everyone is brainwashed, now the LGBTQ community is demanding more freedom, it really is a threat”

Mrs. Hyunjin Lee kemudian menjelaskan tentang peran penting United Nations, dengan yang terangkum dalam “the 30 articles of the universal declaration of human rights” yang beberapa di dalamnya mencakup “We Are All Born Free & Equal”, “A Fair & Free World” dan “No One Can Take Away Your Human Rights

Pemaparan ditutup dengan kutipan dari UN seputar Human Rights yang berbunyi:

– Human rights are rights inherent all human beings regardless of race, sex, nationality, ethnicity, language, religion, or any other status

– The right to work in just and favorable conditions

– The right to social protection/adequate standard of living and to the highest attainable standards of physical and mental well-being

– The right to education and the enjoyment of benefits of cultural freedom and scientific progress

Setelah sesi pemaparan, dilanjutkan dengan sesi Focus Group Discussion yang melibatkan partisipan dari mahasiswa HI Binus University. Di antara partisipan memiliki pendapat dan argumentasi yang berbeda-beda terkait dengan isu LGBTQ khususnya di Indonesia. Dimana terdapat dukungan bahwa implementasi dari penyebaran LGBTQ di Indonesia sulit untuk terjadi karena faktor kebudayaan dan keagamaan, yang kemudian lebih menekankan terhadap bagaimana pengaruh dari generasi tua di Indonesia. Bahkan terdapat hambatan yang terjadi karena faktor keluarga sehingga mempengaruhi kebebasan penyebaran dari LGBTQ untuk bisa lebih berekspresi. Namun ada dukungan dari faktor bagaimana beberapa generasi muda yang lebih menerima tentang aktivitas LGBTQ sehingga dapat berdampak kepada masa depan penyebaran LGBTQ di Indonesia. Pertanyaan menyeruak apakah LGBTQ dianggap sebagai ancaman atau tidak. Pertanyaan tersebut melihat dari situasi yang ada di Indonesia sangat rumit untuk diberikan jawaban.

Sesi Focus Group Discussion ditutup dengan penyerahan plakat dari perwakilan International Relations Department Binus University kepada representasi dari mahasiswa magister Korea University.