GENERAL WORK ETHICS

Pada era modern, tidak dapat dipungkiri teknologi semakin hari semakin terintergrasi dan tidak terpisahkan dengan gaya hidup setiap orang. Teknologi membuat hampir segala hal dan keperluan menjadi dapat dicapai dan diselesaikan hanya dengan satu sentuhan dengan perangkat pintar, termasuk di antaranya kebutuhan profesional. Kemudahan yang diberikan oleh teknologi tentunya memiliki dampak yang positif dan juga negatif yang harus ditanggapi dengan sikap atau etika yang bijak terutama bagi mahasiswa yang akan terjun ke dunia kerja.

Menimbang hal tersebut, Universitas Bina Nusantara menggelar webinar dengan tema “General Work Ethics” pada tanggal 29 September 2020. Webinar tersebut merupakan bagian dari program track internship alternative yang memungkinkan mahasiswa BINUS tetap dapat memperoleh ilmu mengenai prosedur serta lingkungan kerja yang sebenarnya. Hal ini ditekankan oleh Ibu Elisa Carolina Marion, selaku dekan Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara, dalam kata-kata sambutan webinar ini. Beliau menyampaikan bahwa pengalaman dan ilmu tentang dunia kerja bagi mahasiswa sebelum terjun langsung ke jenjang profesionalitas tersebut merupakan hal yang sangat penting. Ibu Elisa juga menggarisbawahi betapa pentingnya ilmu-ilmu ini pada saat pandemi yang penuh dengan keterbatasan.

Webinar dengan tema “General Work Ethics” ini dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa track alternative dari jurusan seperti Sastra Inggris, Sastra Jepang, Hubungan Internasional dan jurusan lainnya yang berada di bawah naungan Fakultas Humaniora Binus University. Tak hanya mahasiswa, para dosesn juga menghadiri kegiatan ini dan tentunya kedua narasumber yang membagikan dua topik yang sama-sama menarik dan esensial.

Narasumber pertama adalah Brigjen TNI Dr. Eri R. Hidayat yang menjabat sebagai Kepala Dinas Psikologi Angkatan Darat dan Dosen Unhan (Damai & Resolusi Konflik) yang memberikan topik mengenai Etika Kerja Pancasila Di Era Digital. Narasumber kedua adalah Dwi Gelegar Gilang Ramadhan yang menjabat sebagai employer branding lead dari Bank BTPN yang membawakan topik The Little Secrets of Career Success: Work Ethics May Transform Raw Talent,.

Brigjen TNI Dr. Eri R. Hidayat, atau yang sering disapa dengan Pak Kadis selama seminar, membuka materinya dengan mendefinisikan apa yang dimaksud dengan etika kerja. Etika kerja adalah sikap dan kemampuan untuk menjaga nilai-nilai moralitas yang dimiliki atau yang ada di suatu lingkungan kerja. Beliau pun melanjutkan dengan menyampaikan bahwa pada hari ini kita telah memasuki era gaya hidup yang digital.

Negara Indonesia sendiri merupakan salah satu pusat internet di dunia. Dari 252 juta penduduk Indonesia, 74 juta orang diantaranya adalah pengguna internet dengan lama rata-rata penggunaan selama 9 jam per hari. Terlebih lagi, Indonesia merupakan pengguna sosmed teraktif di Asia. Pak kadis Dr. Eri R. Hidayat menyampaikan bahwa fenomena ini bisa dijelaskan dengan melihat fakta bahwa Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi rasa saling menghormati dan gotong- royong sehingga bisa dikatakan penggunaan dengan jumlah besar bisa terimbangi dengan rasa kebersamaan tersebut.

Beliau juga menyampaikan bahwa kenyataannya generasi muda atau generasi Y dan Z yang tumbuh di era digital (digital native) justru lebih individualis dan lebih digital oriented daripada generasi X yang harus beradaptasi dengan teknologi (digital immigrant). Salah satu aspek penting dari era digital yang disampaikan juga oleh Pak Kadis adalah Filter Bubble. Filter Bubble adalah sebuah lingkungan informasi yang dimiliki seseorang di sosial media yang dimana lingkungkan ini terbentuk dari logaritma yang didasarkan dari data informasi serta aktifitas seseorang selama menggunakan sosial media.

Efek dominan dari Filter Bubble adalah gampangnya terbentuk opini bias, kategorisasi, dan prejudice. Pak Kadis menyampaikan bahwa opini bias, kategorisasi, dan prejudice menyebabkan gampangnya tersulut perpecahan antar masyarakat terutama dalam komunitas multikultural. Beliau juga memberikan beberapa contoh tragedi yang berakar dari ketiga nilai negatif di atas sehingga membentuk pemahaman rasisme yang berakibat berjatuhannya korban jiwa dalam tragedi Holokaus dan kejahatan genosida di Rwanda.

Indonesia, seperti yang kita ketahui bersama, memiliki keberagaman budaya, agama, etnis, bahasa bahkan sampai geografis yang begitu kaya. Aspek keberagaman ini yang ditambah dengan aspek generasi Z dan Y di Indonesia yang cenderung semakin individualis seiiring berjalannya waktu membuat Indonesia semakin rentan pula terhadap konflik. Indonesia memiliki potensi perpecahan yang tinggi seperti yang dijabarkan oleh Montalvo & Reynal-Querol (2005). Untuk mengatasi potensi tersebut, Indonesia harus mempunyai pegangan atau model yang kuat dan, terutama, yang menjadi ciri khas dari Indonesia itu sendiri. Di sini lah Pancasila masuk.

Nilai-nilai Pancasila harus bisa diadopsi di dalam aktifitas keseharian setiap warga Indonesia yang termasuk di antaranya aktifitas di dalam lingkungan kerja. Dengan demikian, pada hakikatnya Etos kerja Pancasila adalah sikap untuk menghasilkan kinerja terbaik dengan menjunjung rasa toleransi antar sesama agar perbedaan yang ada bisa menjadi sumber sinergi bagi suatu pekerjaan.

Pada Sesi kedua, Bapak Dwi Gelegar Gilang Ramadhan membuka dengan menyampaikan bahwa apa yang kita definisikan dengan “top talent” dapat memiliki definisi yang berbeda pada persepsi orang lain. “Top talent” tidak hanya berdasarkan kemampuan tetapi dapat ditinjau dari aspek kemampuan untuk beradaptasi serta kualitas lainnya. Beliau menyampaikan bahwa kandidat pekerja yang ideal bukan dilihat apa yang dia tahu tapi apa yang dapat dipelajari oleh kandidat tersebut. Pada saat kerja, terutama pada saat hari pertama kerja, etika kita sangat berpengaruh walaupun dalam situasi yang sepele seperti ketika kita akan makan siang ataupun jam berapa sebaiknya kita pulang dari kantor.

Pak Gilang menyampaikan bahwa etika kerja merupakan prinsip moral dan nilai yang akan memandu kinerja karyawan di tempat kerja. Etika kerja yang menentukan apa yang baik dan benar untuk dilakukan pada saat mengambil keputusan dalam situasi yang berhubungan dengan pekerjaan. Beliau juga menyampaikan bahwa etika kerja bisa membawa keuntungan yang datang dalam bentuk peningkatan kinerja kerja, peningkatan kepuasan kerja, dan potensi kemajuan karir.

Sebagai tips untuk mahasiswa yang akan terjun ke dunia kerja dan bermaksud untuk membangun etika kerja, bapak Gilang memberikan 6 etika kerja yang dapat dibangun dan menunjang keberhasilan di masa depan. Keenam etika kerja tersebut adalah: profesionalisme, toleransi, fleksibilitas, dapat diandalkan, intergritas, dan critical thinking. Profesionalisme adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam konteks interaksi sosial di tempat kerja. Toleransi adalah sikap untuk menghormati keragaman perspektif, pendapat, saran dan bahkan latar belakang setiap orang di tempat kerja. Ketika kita mampu untuk beradaptasi akan perubahan drastis di tempat kerja, hal ini menandakan fleksibilitas telah terbangun dalam  etika kerja kita. Beliau juga menekankan bahwa setiap orang harus dapat diandalkan untuk menyelesaikan segala tugas yang diberikan dengan baik. Terlebih lagi, Integritas dalam kerja seperti berkata jujur dan menepati janji menjadi salah satu etika kerja yang sangat penting karena mencerminkan kepribadian yang dapat dipercaya oleh atasan. Etika kerja terakhir adalah critical thinking. Critical thinking bukan hanya berarti memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dan memberikan ide baru, tetapi untuk menerapkannya dengan keputusan yang tepat.

Rendy Irawan Irfan