Diplomacy Discourse: Magnifying Indonesia’s Public Diplomacy “The Potential of Spice Route as the Spearhead of Indonesia’s Gastrodiplomacy”

IRLS x FPCI BINUS pada tanggal 8-9 November 2021 mengadakan kegiatan webinar “Diplomacy Discourse: Magnifying Indonesia’s Public Diplomacy”. Pada hari pertama, kegiatan ini dibuka oleh Bapak Dr. Teuku Faizasyah, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Indonesia. Pada hari yang sama, Sesi Gastrodiplomacy dengan tema “The Potential of Spice Route as the Spearhead of Indonesia’s Gastrodiplomacy” pun diselenggarakan. Sesi ini dihadiri oleh Bapak Agus Trihartono, Ph.D.; Bapak Mohamad Atqa; dan Chef Putri Mumpuni sebagai speaker terhormat. Tidak lupa pula, acara ini dimoderasi oleh Ibu Dayu Nirma Amurwanti, S.E, M.H., M.Sc.  

Pak Agus Trihartono membawakan topic yang berjudul “Gastrodiplomacy: A method of reaching hearts and minds through people’s stomachs”. Pak Trihartono membuka dengan menjelaskan bahwa kemampuan untuk mempengaruhi negara lain menggunakan soft power tidak kalah penting jika disbanding dengan menggunakan kekuatan ekonomi atau militer. Kuliner suatu negara bisa menjadi salah satu bentuk soft power yang dimana kuliner tersebut bisa merepresentasikan budaya dan tradisi sehingga bisa meningkatkan nation-branding dan tentunya pendapatan bagi negara tersebut. Oleh karena itu, lahirlah suatu bentuk diplomasi public yang bertema makan, yaitu gastrodiplomacy. Berdasarkan penjelasan Pak Trihartono, gastrodiplomacy terbagi menjadi dua yaitu gastrodiplomacy yang “high culture” dan “low culture”. High culture gastrodiplomacy adalah bagaimana suatu negara menggunakan makanan pada saat melakukan proses diplomasi. Low culture gastrodiplomacy itu lebih berfokus kepada makanan itu sendiri. Makanan bisa mempengaruhi citra suatu negara. Contohnya, sushi dilihat sebagai makanan yang bersih sehingga citra negara Jepang pun dilihat bersih. Indonesia memiliki warisan kuliner yang sangat cocok untuk dipromosikan, menurut Pak Trihartono. Hal ini dikarenakan kuliner Indonesia sangat beragam dari segi bentuk hingga rasa.  Kuliner juga berkontribusi tinggi secara GDP (56%) ke ekonomi nasional Indonesia. Sayangnya, potensi besar kuliner Indonesia ini belum dibarengi dengan strategi yang jelas dari pemerintah dan bahkan juga dari rakyatnya. Terlebih lagi, Pak trihartono melihat kuliner Indonesia bahkan masih kalah bersaing di Indonesia jika dibandingkan dengan kuliner luar. Oleh karena itu, Pak Agus Trihartono menghimbau baik itu pemerintah atau pun rakyat untuk memanfaatkan sebaik mungkin potensi kuliner Indonesia yang ada di sekitar kita. 

Pak Mohamad Atqa membawakan topik yang berjudul “Jalur Rempah Menuju Warisan Dunia”.  Pak Atqa menjelaskan bahwa kenapa jalur rempah menjadi fokus pemerintah Indonesia dikarenakan topik ini memiliki potensi untuk memperkuat diplomasi budaya dan pengaruh Indonesia ke kanca global melalui pengembangan budaya bahari dan literasi maritim. Jalur rempah sendiri memiliki latar belakang historis serta kebudayaan yang sangat kaya. Jalur ini menghubungkan orang-orang dari berbagai dunia, dari Asia, Afrika, sampai ke benua Amerika. Melihat potensinya yang sangat kaya, pemerintah Indonesia pun berusaha agar jalur rempah ini mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan dunia. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan rencana dan strategi agar para tahun 2023-2024, pengakuan tersebut bisa tercapai. Akan tetapi, hal ini tidak bisa tercapai jika hanya mengandalkan kinerja dari pemerintah, menurut pak Pak Atqa. Beliau berargumen bahwa harus ada partisipasi dari seluruh pihak agar jalur rempah ini diakui dan bisa membawa keuntungan materi dan keunggulan diplomasi budaya bagi Indonesia. 

Chef Putri Mumpuni merupakan seorang praktisi gastronomi yang telah mengenalkan budaya  kuliner Indonesia di berbagai negara di dunia termasuk Cekoslovakia, Jerman, Korea selatan, dan Amerika Serikat.  Dari pengalaman-pengalaman tersebut, Chef Mumpuni melihat bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing dengan kuliner-kuliner internasional lainnya. Chef Mumpuni berargumen bahwa proses pengenalan masakan Indonesia di luar negeri bisa meningkatkan sector pariwisata kuliner Indonesia. Tidak hanya itu, ekspor rempah-rempah yang hanya bisa didapatkan di Indonesia bisa meningkat sejalan dengan upaya pengenalan kuliner Indonesia di luar negeri. Untuk memaksimalkan upaya promosi kuliner Indonesia, Chef Mumpuni pun mengharapkan para generasi muda untuk tetap mencintai kuliner Indonesia dan serta memegang teguh jati diri kita sebagai orang Indonesia dimanapun kita berada.

Berdasarkan pemamparan dari para speaker gastrodiplomasi pada “Diplomacy Discourse: Magnifying Indonesia’s Public Diplomacy” menghimbau partisipasi dari semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat untuk mempromosikan masakan Indonesia dengan harapan masakan Indonesia lebih dikenal dan dapat membawa manfaat materil serta soft power. Terakhir, penting bagi generasi muda untuk terus mencintai masakan Indonesia yang penuh ragam dari segi rasa maupun dari segi unsur historis dan turut serta menjunjung tinggi identitas sebagai orang Indonesia dimanapun kita berada. 

Rendy Irfan