Prof. Tirta Menjadi Pembicara Webinar ISILL

Dalam ISILL TALK 10 dengan tema “Konflik Bersenjata Rusia-Ukraina dalam Perspektif Hukum dan Hubungan Internasional”, Prof. Tirta Nugraha Mursitama menekankan pentingnya melihat konflik yang terjadi antara Rusia-Ukraina dengan berhati-hati. Konflik Rusia-Ukraina ini dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti perspektif Realisme dan Liberalisme, serta aspek konstelasi geopolitik.

Selain Prof. Tirta, narasumber diskusi ini antara lain guru besar hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Prof. Hikmahanto Juwana dan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Abdul Kadir Jailani.

Menurutnya, perspektif realisme dan liberalisme dapat digunakan untuk menganalisis konflik yang terjadi antara Rusia-Ukraina, terlebih perspektif realisme. Melihat dari aktor dan teori yang berkembang dalam realisme, dapat terlihat mengapa konflik tersebut dapat terjadi. Prof. Tirta juga menganalisa melalui konteks ekonomi politik internasional, bahwa Rusia berusaha menaikkan daya tariknya dan mereka berkeinginan untuk membendung penetrasi ideologi Barat di Timur.

Berlanjut dari pemikiran tersebut, konflik ini juga dapat dilihat dari aspek konstelasi geopolitik. Rusia tentunya menginginkan kekuasaan yang lebih besar dalam percaturan hubungan internasional ini. Metode yang Rusia lakukan juga bukanlah yang pertama kalinya, bahkan terdapat pula negara super lain yang secara tidak langsung pernah melakukannya.

Konflik ini membawa beberapa dampak, satu yang signifikan adalah kenaikan harga minyak. Faktanya, Rusia adalah pemasok minyak yang cukup besar, terutama di kawasan Eropa. Hal ini juga berdampak pada bagaimana negara-negara importir harus bersikap terhadap konflik Rusia-Ukraina yang sedang terjadi. Melihat dari perspektif humanitarian, sudah bukan waktunya lagi untuk menyatakan perang bersenjata di zaman yang sudah maju ini. Prof. Tirta juga mengatakan masih terdapat pendekatan yang lebih idealis, seperti berdiplomasi. Tak hanya itu, peran lembaga internasional juga sangat dibutuhkan, terlebih untuk menemukan titik temu antar negara.

Setiap akademisi memiliki pandangannya sendiri bagaimana harus menganalisis dan memahami konflik yang terjadi ini, sesuai dengan keyakinan mereka. Maka dari itu, kita tidak dapat menghakimi ataupun terpancing dari pandangan tersebut. Serta, kita harus berhati-hati dalam melihat konflik ini karena banyaknya aspek yang dapat digunakan sebagai dasar analisis dan juga pandangan yang kian berbeda antara satu sama lainnya.

Diskusi online ini disiarkan secara langsung di YouTube Asosiasi Dosen ISILL: https://www.youtube.com/watch?v=u7YYz1OV-Ps

Tangguh Chairil, Deeva Alexia, Jonathan Santoso