Perguruan Tinggi Perlu Mendukung Komitmen Iklim Indonesia: Dosen HI Binus

Pada Rabu, 30 Maret 2022, dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Bina Nusantara (BINUS), Dayu Nirma Amurwanti, menjadi pemapar policy paper tentang dukungan sektor akademis untuk pemulihan hijau dan komitmen iklim Indonesia dalam rangka Indonesia Universities Climate Conference (IUCC).

Acara ini dibuka oleh ketua dan pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dr. Dino Patti Djalal dan diisi keynote speech oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa.

IUCC merupakan forum nonpartisan yang bertujuan mendukung komitmen perubahan iklim pemerintah Indonesia dan beranggotakan perwakilan 60 lembaga perguruan tinggi dari seluruh Indonesia. IUCC menyampaikan kepada pemerintah bahwa krisis iklim adalah nyata, dan untuk menghadapi dan mencegah dampaknya diperlukan komitmen politik mutlak di semua tingkatan.

Sebagai pemapar policy paper, Ibu Dayu menyampaikan bahwa beberapa hal sebaiknya diprioritaskan untuk menghadapi dan mencegah dampak krisis iklim, antara lain perbaikan tata kelola (governance), kebijakan berbasis data dan pengetahuan, penguatan kapasitas semua pihak, serta penegakan hukum yang berpihak pada alam dan masyarakat.

Ibu Dayu kemudian menyampaikan bahwa beberapa sektor dianggap penting untuk menghadapi dan mencegah dampak krisis iklim, antara lain kehutanan, pertanian, dan lahan; energi; kelautan dan pengelolaan kawasan pesisir; pengolahan limbah; infrastruktur; penataan perkotaan; serta pendidikan, penelitian, dan pengembangan inovasi.

Terkait pendanaan iklim, Ibu Dayu menyampaikan bahwa komitmen pendanaan negara maju perlu diwujudkan. Pemerintah juga butuh mendorong investasi publik, swasta, dan masyarakat dalam pendanaan iklim. Dibutuhkan juga transparansi dan optimalisasi instrumen dan lembaga pembiayaan.

Menurut Ibu Dayu, perguruan tinggi perlu berkontribusi berdasarkan tri dharma perguruan tinggi. Kontribusi perguruan tinggi antara lain mendukung penerjemahan komitmen perubahan iklim menjadi kebijakan yang terlaksana, hingga ke tingkat tapak; melakukan dokumentasi dan diseminasi kisah sukses dan praktik yang baik; menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai target bebas emisi di kampus; mengumpulkan, mengolah, dan menyediakan data dan pengetahuan berbasis penelitian; melakukan pendampingan kepada masyarakat rentan; serta berbagai bentuk kontribusi lainnya.

Terakhir, Ibu Dayu menyampaikan bahwa langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah formalisasi IUCC network, melakukan kegiatan bersama yang bersifat rutin sehingga menjadi gerakan, mengusulkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud) untuk memastikan lembaga perguruan tinggi memiliki indikator khusus iklim, mengusulkan hibah tematik untuk mendorong penelitian berbasis iklim, merumuskan kurikulum wajib untuk meningkatkan kesadaran terhadap perubahan iklim, serta berbagai langkah lainnya.

Tangguh Chairil