Dosen HI BINUS Menerima Penghargaan Promising Researcher Award 2022

English Version

Dr Ella Prihatini (jurusan Hubungan Internasional) baru-baru ini dianugerahi Populi Center Award For Distinguished Scholar 2022 untuk kategori Promising Researcher. Penghargaan ini diberikan untuk mengakui Dr Prihatini sebagai peneliti muda yang memiliki orientasi kuat terhadap kemajuan penelitian masa depan dan telah berkontribusi pada dunia penelitian sosial-politik di Indonesia.

Penyerahan Penghargaan: Direktur Eksekutif Populi Center Dr Afrimadona (kiri), Dr Ella Prihatini (tengah), dan Ketua Yayasan Populi Center Dr Nico Harjanto (kanan) (Sumber foto: Populi Center/6 Juni 2022)

Dr Prihatini mendalami isu-isu dalam keterwakilan parlemen perempuan, pemilih muda, dan pemanfaatan media sosial dalam politik. Karyanya tentang kesetaraan gender, politik dinasti, dan representasi substansial telah diterbitkan dalam sembilan artikel penulis tunggal dan tiga penulis bersama di jurnal bergengsi seperti Politics and Gender, Parliamentary Affairs, Contemporary Politics, Women’s Studies International Forum (WSIF), dan Social Science Quarterly. Ia telah mengumpulkan 160 kutipan dan h-index 7 (Google Cendekia). Dua makalahnya yang diterbitkan di WSIF terdaftar sebagai salah satu artikel yang paling banyak dikutip di Jurnal sejak 2018. Berkembang dari proyek PhD-nya, minat penelitian saat ini berkaitan dengan peran perempuan di BUMN, kabinet, dan penunjukan duta besar, diplomasi digital, dan teks-sebagai-data.

Dr Miranda Tahalele mewawancarai Dr Ella Prihatini dan membahas penghargaan Promising Researcher serta perjalanan penelitian (Sumber foto: Dr Lili Yulyadi/9 Juni 2022)

Dalam wawancara dengan Dr Prihatini di kampus Kijang, Dr Miranda Tahalele mengucapkan selamat dan berbicara tentang penelitian.

Apa yang awalnya menarik Anda ke riset tentang politik dan representasi?

Saya pertama kali tertarik pada bidang politik dan representasi perempuan ketika saya sedang menjajaki topik untuk Ph.D. Saya mulai bertanya-tanya mengapa kebanyakan politisi adalah laki-laki tua kelas menengah. Faktor-faktor apa yang menghalangi perempuan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan strategi apa yang berpotensi menjadi solusi untuk situasi ini. Pertanyaan-pertanyaan ini telah menjadi “roti dan mentega” dari penelitian saya dalam beberapa tahun terakhir. Saya juga kagum dengan jaringan yang erat di antara para peneliti perempuan yang bekerja di bidang penelitian ini. Saya telah didukung oleh banyak akademisi yang selalu dapat didekati dan mendukung ide-ide penelitian saya. Mereka memberikan dukungan moral dan intelektual yang pada akhirnya membentuk perjalanan akademis saya.

Publikasi penelitian mana yang paling Anda banggakan dan kenapa?

Setiap publikasi penelitian memiliki proses dan dampak yang unik. Karya-karya yang diterbitkan sejauh ini saling melengkapi dan berkontribusi pada literatur yang lebih luas tentang representasi dan kesetaraan gender. Saya juga mengembangkan penelitian saya dari segi metode dan kontribusi teoritis, dan mungkin saya akan mengatakan makalah yang menggunakan QCA (analisis komparatif kualitatif) serta diterbitkan di Contemporary Politics dan makalah yang diterbitkan di Politics and Gender adalah yang paling berkesan. Makalah QCA menawarkan hal baru dalam hal metodologi dalam mengkaji gender dan parlemen di Asia, oleh karena itu makalah ini menampilkan pendekatan alternatif untuk penelitian masa depan. Sementara di makalah tentang Islam dan pencalonan caleg perempuan, saya menemukan bahwa, tidak seperti pemahaman umum tentang masalah ini, ideologi politik bukanlah faktor penentu bagi partai politik untuk mencalonkan calon legislatif. Didukung oleh bukti empiris yang kuat, kedua makalah tersebut menampilkan sudut pandang yang unik tentang keterwakilan parlemen perempuan di Asia dan Indonesia.

Terakhir, topik-topik riset apa yang sedang Anda kembangkan sekarang?

Saya bertekad untuk terus melakukan penelitian tentang keragaman gender dan partisipasi publik. Saat ini, saya sedang memperluas ruang lingkup studi untuk merambah ke topik pengangkatan menteri kabinet dan duta besar. Bersama mahasiswa-mahasiswa di Universitas Bina Nusantara (BINUS), kami sedang mengembangkan beberapa dataset Twiplomacy dan pengangkatan duta besar Indonesia. Proyek lain yang juga sedang dalam proses publikasi adalah diplomasi digital dan teks-sebagai-data dengan menggunakan teknik machine learning.