Indonesia Harus Mengkaji Ulang Sistem Pertahanan untuk Transformasi Modernisasi Militer: Dosen HI Binus

Pada Rabu, 22 Juni 2022, dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Bina Nusantara (BINUS), Dr. Curie Maharani Savitri, menjadi narasumber webinar bertajuk “Towards 2024 and TNI Post-MEF Modernisation: Opportunities and Challenges” yang diadakan oleh  PT Semar Sentinel Indonesia.

Webinar ini membahas peluang dan tantangan modernisasi TNI pasca-2024, ketika periode modernisasi TNI dalam kerangka Minimum Essential Force (MEF) akan berakhir. Selain Dr. Curie, narasumber lain webinar ini antara lain Brigjen TNI Oktaheroe Ramsi, Direktur Kebijakan Strategi Pertahanan Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kemhan), serta Alman Helvas Ali, konsultan PT Semar Sentinel Indonesia. Webinar ini dimoderatori Rizky Liberty Siajaya, mahasiswa HI Binus yang sedang magang sebagai asisten riset di PT Semar Sentinel Indonesia. Alumni HI BINUS dan kepala analis riset pertahanan PT Semar Sentinel Indonesia, Anastasia Febiola S, memberikan sambutan pembukaan webinar.

Dalam webinar ini, Dr. Curie berargumen bahwa TNI tidak meninggalkan modernisasi militer pasca-2024, namun mengubahnya dari kerangka MEF. MEF sudah pasti tidak tercapai pada 2024, karena tantangan ekonomi pertahanan, kondisi alat utama sistem senjata (alutsista), dan berbagai faktor global, seperti dampak perang Rusia-Ukraina, dampak Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) dan sanksi lainnya, serta risiko geopolitik di kawasan Indo-Pasifik.

Menurut Dr. Curie, Kemhan telah memiliki prioritas baru hingga 2024, yaitu kebijakan Perisai Nusantara. Arah kebijakan ini memberikan mixed signal, apakah modernisasi militer akan mendahulukan sistem anti-access/area denial (A2/AD) atau mengutamakan pertahanan pulau-pulau besar. Selain itu, kebijakan ini juga terlihat sebagai daftar belanja alutsista tanpa strategi yang jelas.

Kemudian, Dr. Curie membahas tantangan dan peluang modernisasi militer pasca-MEF. Menurutnya, ada dua tantangan utama, yaitu fiskal dan akses teknologi. Sementara itu, ada juga dua peluang utama: Pertama, perpindahan ibu kota negara (IKN) yang akan ikut mengubah geografi militer dan karakter ancaman sehingga meniscayakan adanya paradigma baru atau pergeseran strategi. Kedua, dibentuknya Defend ID sebagai perusahaan induk (holding) industri pertahanan di Indonesia.

Terakhir, Dr. Curie menyimpulkan bahwa MEF bukan ditinggalkan, tapi ditransformasikan. Kondisi geopolitik dan geoekonomi memaksa Indonesia berpikir ulang kemandirian. Sementara itu, perlu kaji ulang sistem pertahanan sebagai pedoman modernisasi Essential Force yang baru

Diskusi dilaksanakan melalui Zoom oleh PT Semar Sentinel Indonesia, perusahaan consulting bisnis keamanan dan dirgantara. Diskusi ini disiarkan secara langsung di kanal YouTube Semar Sentinel: https://www.youtube.com/watch?v=l5ONah82ELE.