Mahasiswa HI BINUS Mewakili Simulasi Multi-Stage Negotiation Pusdiklat Kemlu

Pada hari Selasa, tanggal 20 September 2022, kami sebagai perwakilan Universitas Bina Nusantara berkesempatan untuk datang memenuhi undangan sebagai pengamat sekaligus jurnalis dalam simulasi Multi-Stage Negotiation (MSN) yang diadakan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Adapun perwakilan Universitas Bina Nusantara ini terdiri dari beberapa komponen keorganisasian di Hubungan Internasional (HI) Bina Nusantara, seperti Deeva Alexia dan Sandy Juda Pratama yang berasal dari HIMHI. Ada juga Rafiqo Fadhlullah dan Sarah Putri Haryadi yang merupakan anggota BIRDS. Kemudian, Felix Patrick sebagai anggota FPCI juga turut menjadi peserta di acaranya ini. Dan yang terakhir adalah perwakilan dari non-organisasi, yakni Weilie Winaldy dan Muhammad Akmal Nurfaiz.

(Ki-ka) Rafiqo, Sandy, dan Weilie

Pendidikan dan latihan ini ditunjukkan bagi para diplomat ahli muda dan diplomat ahli madya dengan tujuan memperkuat keahlian negosiasi yang mereka punya dalam menyambut kepemimpinan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2023 nanti.

Selama acara berlangsung, kami melihat langsung simulasi sidang ASEAN Plus Three (APT) yang dilakukan oleh para diplomat ini. Mulai dari diskusi mengenai dokumen draft sampai dengan pembahasan topik regional, semuanya dijalankan persis seolah-olah seperti sidang tingkat tinggi ASEAN yang sesungguhnya.

Kami sebagai perwakilan universitas di sini bertugas sebagai jurnalis yang memberikan pertanyaan bagi delegasi setiap negara yang hadir dalam sidang tersebut mengenai prioritas dan isu yang menjadi kekhawatiran serta poin utama yang ingin dibawakan negara-negara tersebut ke forum ASEAN. Pengalaman ini pun membutuhkan konsentrasi dan kejelian guna memahami dengan baik apa yang dibicarakan oleh setiap delegasi dan mencoba menggali lebih dalam setiap poin yang dibawakan. Di samping itu, kami juga sempat mengunjungi bagaimana working group bekerja dalam menemukan persetujuan yang mutual mengenai joint-statement yang menjadi pusat pembahasan dari sidang yang mereka lakukan.

Dari pengalaman ini, kami belajar untuk lebih kritis mengenai isu dan topik yang menjadi poin agenda dalam pembahasan tersebut sekaligus juga untuk memperluas wawasan tentang ASEAN secara keseluruhan. Pengalaman menjadi jurnalis di diklat ini pun juga turut mengasah keahlian jurnalisme dan pemahaman mengenai topik regional Asia Tenggara yang tidak jarang terlewatkan walau sebenarnya krusial dan sifatnya penting. Tidak hanya itu, kami juga belajar bagaimana mekanisme diskusi dan penyusunan solusi di ASEAN berlangsung, serta dinamika antarnegara yang berkaitan erat dengan agenda dan interest sebuah negara dapat memengaruhi jalannya sidang.