Presentasi Dosen HI Binus tentang Kerjasama Iran-Asia Tenggara di Nottingham University, Malaysia

Dosen Hubungan Internasional, Tia Mariatul Kibtiah diundang sebagai salah satu pembicara pada forum konferensi internasional para ahli Timur Tengah dan Asia Tenggara di Nottingham University, Malaysia. Acara diselenggarakan pada 28 hingga 31 Oktober 2022 oleh Asiawe Center, Malaysia, yang fokus mengenai riset di bidang akademik tentang hubungan Iran dan Asia Tenggara. Para pembicara berasal dari berbagai universitas dari berbagai negara, yaitu Prof. Syed Farid Alatas (NUS), Prof. Dr. Henelito A. Sevilla (University of Philippines), Prof. Dr. Amir H. Zekrgoo (University of Melbourne Australia), Tia Mariatul Kibtiah (BINUS University dan kandididat Doktor di Universitas Padjajaran, Indonesia), Dr. Bahareh Sazmand (Tehran University), Dr. Azhar Ibrahim (NUS, Singapura), Dr. Olsi Jazekhi (International Isamic University Malaysia), Dr. Maziar Mozzaffari Falarti (Tehran University), Dr. Husain Heriyanto (Paramadina University, Indonesia), Dr. Esmaeli Zelny (University of Malaysia), Dr. Ramin Haijan (Sultan Idris University of Malysia), Dr. Teo Lee Ken (Malysia), Hiral Sanghvi (Malaysia).

Pada kesempatan itu, Tia membawakan topik dengan judul “Cooperation Iran-Southeast Asia under the US Sanctions”. Artikel tersebut menjelaskan mengenai keputusan Iran melakukan approach terhadap Asia Tenggara di saat kondisi perekonomian Iran terpuruk akibat sanksi Amerika Serikat. Riset yang dilakukan penulis dibatasi hanya tiga negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagai negara-negara dengan perekonomian terbaik di Kawasan Asia Tenggara berdasarkan GDP (Gross Domestic Product). Dengan theoretical framework diplomasi ekonomi yang dilakukan Iran terhadap Asia Tenggara, Tia (2022) dalam artikelnya menjelaskan bahwa banyak kerjasama yang dilakukan Iran dengan Asia Tenggara terutama di bidang perdagangan, investasi, dan sektor pariwisata disamping kerjasama di bidang budaya dan pendidikan.

Dalam presentasinya, Tia menjelaskan mengenai bilateral Indonesia dengan Iran pada masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang lebih intens dibanding pemerintahan sebelumnya. Presiden Jokowi lebih membuka peluang diplomasi ekonomi yang dilakukan Iran terhadap Indonesia. Misalnya di bidang energi, Pertamina, perusahaan minyak milik Indonesia, menerima Iran untuk melanjutkan pembelian Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Iran sekitar 500 ribu metrik ton lebih. Pertamina juga membeli minyak mentah dari Iran dan bekerja sama di sektor gas. Indonesia dan Iran juga akan membentuk joint venture yang membangun kilang atau pengelolaan minyak mentah menjadi minyak jadi di Jawa Timur dengan total nilai 5 miliar dolar AS. Sedangkan kerjasama budaya dan pendidikan, Indonesia dan Iran sejak lama memiliki hubungan yang sangat baik. Bahkan beberapa budaya Indonesia dipengaruhi oleh budaya Persia.

Sementara hubungan Iran dan Malaysia makin terus membaik terutama di bidang kerjasama ekonomi. Tahun 2017, perdagangan Iran-Malaysia terus meningkat hingga mencapai 320 juta dolar AS. Perusahaan Malaysia banyak yang tertarik melakukan investasi di Iran seperti di bidang kelapa sawit dan minyak mentah.  Sama seperti Indonesia, Perusahaan minyak Malaysia Petronas dan Amona juga bekerjasama dengan perusahaan gas Iran.

Di bidang pendidikan, Iran dan Malaysia memperkuat kerjasama di bidang penelitian, penyusunan program kerjasama ilmiah dan pertukaran profesor dan mahasiswa. Sebagai contoh, Universiti Teknologi Malaysia (UTM) telah menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) tentang proyek penelitian bersama untuk menemukan akar penyebab polusi udara di ibu kota kedua negara dan menemukan cara untuk mengatasinya. Topik-topik riset lain juga dilakukan perguruan tinggi Malaysia dan Iran seperti di bidang sosiologi, budaya dan teknologi.

Kerja sama Iran-Malaysia lebih pada kesamaan ideologi, tetapi hubungan dengan Thailand karena keunggulan letak geografis jalur perdagangan. Iran memiliki infrastruktur yang memadai di sektor pelabuhan dan koridor kereta api antara Selatan dan Utara sebagai daerah yang paling stabil dan aman, dapat menjadi pintu gerbang terbaik untuk pengembangan hubungan perdagangan antara Asia Timur dan Thailand dengan Kawasan Asia Tengah, Kaukasus dan Eropa. Iran melihat, tidak ada kendala dalam menjalin kerja sama dengan Thailand dari berbagai aspek. Presiden Iran Hassan Rouhani menilai, Iran-Thailand juga bisa bekerjasama dalam kontra terorisme, kekerasan, ekstremisme. Dari sisi Thailand juga melihat Iran sebagai kawasan strategis untuk menghubungkan Thailand dengan kawasan Tengah, Asia Barat dan Eropa.

Keputusan Iran melakukan approach terhadap Asia Tenggara dibawah tekanan Amerika Serikat sudah benar. Iran mampu bertahan dan memperbaiki ekonominya. Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling survive secara perekonomian dibandingkan kawasan lain. Asia Tenggara juga bebas dari intervensi pihak manapun dalam kebijakan luar negerinya.